A. Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe secara monokultur
pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu memberikan
produksi dan produksi tinggi.
Namun di daerah, pembudidayaan
tanaman jahe secara monokultur kurang dapat
diterima karena selalu menimbulkan
kerugian.
Pembuatan Lubang Tanam
Untuk menghindari pertumbuhan jahe
yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah
menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur
sedalam 3-7,5 cm untuk menanam bibit.
Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan cara
melekatkan bibit lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
Periode Tanam
Penanaman jahe sebaiknya dilakukan
pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan
karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
B. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah tanam,
hendaknya diadakan untuk melihat rimpang yang mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan
penyulaman gar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman
lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yang baik serta pemeliharaan yang
benar.
Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan ketika
tanaman jahe berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali.
Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah jahe
berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur
tersebut rimpangnya mulai besar
Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan tanah yang
peredaran udara danair dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus
digemburkan. Disamping itu tujuanpembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang
kadangkadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda,
cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30
cm. Pada bulan berikutnya dapat
diperdalam dan diperlebar setiap kali
pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang
berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan pembumbunan
pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-4 batang semu,
umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun
tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya hujan.
Pemupukan
Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang tidak
menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara
organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan
lebih sering dibandingkan dengan kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun
pemberian pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat
pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar
dan dicampur tanah olahan.
Untuk menghemat pemakaian pupuk
kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal
pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan
pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan.
Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman),
tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan).
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap
kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon;
dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan.
Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan
K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada
awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman
berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di
sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di selasela tanaman.
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak memerlukan air
yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam
diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida sebaiknya
dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yang untuk disemai dan pada saat pemeliharaan.
Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan biasanya dicampur dengan pupuk
organic cair atau vitamin-vitamin yang mendorong pertumbuhan jahe.
C. Panen dan Pascapanen
1. Panen
Ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan tergantung dari
penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk bumbu penyedap masakan, maka tanaman
jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan dengan cara mematahkan
sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.
Apabila jahe untuk dipasarkan maka
jahe dipanen setelah cukup tua. Umur tanaman jahe yang sudah bisa dipanen
antara 10-12 bulan, dengan ciri-ciri warna daun berubah dari hijau menjadi
kuning dan batang semua mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada
umur 8 bulan dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah dibongkar
dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai
rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yang menempel pada rimpang
dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas papan atau
daun pisang kira-kira selama 1
minggu. Tempat penyimpanan harus
terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan
terlalu tinggi melainkan agak disebar.
Periode Panen
Waktu panen sebaiknya dilakukan
sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni – Agustus. Saat panen biasanya
ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak
sempat dipanen pada musim kemarau tahun
pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya.
Pemanenan pada musim hujan menyebabkan
rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya
bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar untuk klon
jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar, sedangkan untuk klon jahe emprit
atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.
2. Pascapanen
Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi pada bahan segar dilakukan
untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah
selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah
plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih
terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian
yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak
larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah
tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian
selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
Perajangan
Jika perlu proses perajangan, lakukan
dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan.
Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm.
Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.
Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan rimpang
dilakukan selama 3 – 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. Pengeringan dengan
sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak
saling menumpuk.
Selama pengeringan harus dibolak-balik
kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut
dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan
dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling
menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi kering
pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda
asing seperti kerikil, tanah atau kotorankotoran lain. Timbang jumlah rimpang
hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering
dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara
(belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah
tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar
tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang harus memiliki ventilasi
baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan
kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari
sinar matahari langsung), serta bersih
dan terbebas dari hama gudan
2. TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN TOMAT
Pengarang Nur
Haryono
A. Fase Tanam ( 0-15 HST=Hari
Setelah Tanam )
- bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu
- Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6
- Penanaman sore hari
- Buka polibag plastik
- Benamkan Bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbundengan tanah di sekitarnya
- Selesai penanaman langsung disiram dengan POC NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air
- Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO lalu bibit ditanam
- Pengairan dilakukan tiap hari sampai Tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena Tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang Penyakit
- Amati Hama seperti Ulat tanah dan Ulat grayak. jika ada serangan semprot dengan Natural VITURA
- Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot Natural GLIO dicampur gula pasir perbandingan 1:1. Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci
- Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat
B. Fase Vegetatif ( 15-30 HST)
- Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman
- Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan air
- Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air.
- Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm).
- jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan
- Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari
- Amati Hama dan Penyakit seperti Ulat, Kutu-kutuan, Penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam
- Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) setiap 7 hari sekali.
- Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak.
- Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.
C. Fase Generatif (30 - 80 HST)
1. Pengelolaan Tanaman
·
Jika tanpa
mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 Hari
·
Untuk
merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-tunas tidak
produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang utama / tanaman
·
Perempelan
sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan cara; ujung
tunas dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas
putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau
atau gunting
·
Ketinggian
tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan
buah mencapai 5-7 buah
·
Semprotkan
POC NASA dan HORMONIK setiap 7-10 hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA
dan 1-2 tutup HORMONIK/tangki. Agar tidak mudah hilang oleh air hujan dan
merata tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.
D. FASE PANEN & PASCA PANEN
(80 - 130 HST)
- Panen pada umur 90-100 HST dengan
ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian
tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat
cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran
- Interval pemetikan 2-3 hari
sekali.
supaya tahan lama, tidak cepat busuk
dan tidak mudah memar, buah Tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah
matang
Wadah yang baik untuk pengangkutan
adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting Waspadai
Penyakit busuk buah antraknose, kumpulkan dan musnahkan buah Tomat yang telah
dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk
konsumsi
3. BUDIDAYA BAWANG MERAH
Pengarang Nur Haryono
A. Fase Tanam
Umbi bibit direndam dulu dalam
larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air ) Taburkan GLIO secara merata pada
umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi
bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke
dalam permukaan tanah. Untuk tiap
lubang ditanam satu buah umbi bibit.
B. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST
)
1. Pengamatan Hama
Waspadai hama Ulat Bawang (
Spodoptera exigua ), telur diletakkan pada pangkal
dan ujung daun bawang merah secara
berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti
kapas.
Kelompok telur yang ditemukan pada
rumpun tanaman hendaknya diambil dan ndimusnahkan. Pada bawang lebih sering
terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam
di perut/kalung hitam di leher, kendalikan dengan VIREXI.
Ulat tanah. Berwarna coklat-hitam.
Bagian pucuk /titik tumbuh dan tangkai rebah karena dipotong pangkalnya.
Kumpulkan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman
atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA. Layu Fusarium.
Daun bawang menguning, tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang
terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif
kendalikan dengan GLIO.
2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan pertama dilakukan umur
7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar
yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang.
Pada saat penyiangan dilakukan
pengambilan telur ulat bawang. Tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun
agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Bedengan yang rusak
dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari
dasar saluran (melem).
3. Pemupukan Susulan
Dosis pemupukan tergantung jenis dan
kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi
tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat
dan daunnya menguning pucat.
Kekurangan KCl juga dapat
menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan makro 2 kali ( dosis per
1000 m2 ) :
- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg
ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg
ZA+12-17 kg KCl
Campur merata ketiga jenis pupuk,
taburkan di sekitar rumpun atau garitan tanaman dan jangan sampai terkena
tanaman supaya daun tidak terbakar.
Jika pakai Pupuk Majemuk NPK
(15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
4. Pengairan
Penyiraman dua kali, pagi dan sore
hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih
kelihatan basah untuk mengurangi serangan
penyakit. Penyiraman sore hari
dihentikan jika persentase tanaman tumbuh
mencapai lebih 90 %
Air salinitas tinggi kurang baik
bagi pertumbuhan bawang
Tinggi permukaan air pada saluran (
canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari
permukaan bedengan pertanaman
C. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
1. Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama Ulat bawang, S. exigua (lihat
diatas) Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar
tanaman relative tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang
terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada
suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan,
penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Kendalikan
dengan BVR atau PESTONA.
Penyakit Bercak Ungu atau Trotol,
disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari
tanah. Terdapat bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di
daun, tepi daun kuning serta mengering ujung-ujungnya.
Serangan pada umbi sehabis panen
mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah
kecoklatan. Jika hujan rintik-rintik segera lakukan penyiraman. Preventif
taburkan GLIO.
Penyakit Antraknose atau Otomotis,
penyebab jamur Colletotricum gloesporiodes. Terbentuk bercak putih pada daun
dan lekukan, menyebabkan patahnya daun secara serentak (otomatis). Tanaman
terserang dicabut dan dimusnahkan. Preventif kendalikan dengan GLIO Penyakit
oleh virus. Pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah,
terkulai serta anakannya sedikit. Pergunakan bibit bebas virus dan pergiliran
tanaman selain golongan bawang-bawangan. Busuk umbi oleh bakteri.
Umbi jadi busuk dan berbau. Biasa
menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering. Busuk umbi/ leher
batang oleh jamur.
Bagian yang terserang jadi lunak,
melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur
drainase). Preventif taburkan GLIO Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan
pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan).
Pestisida Kimia sebagai alternative terakhir untuk mengatasi serangan
hama-penyakit.
2. Pengelolaan Tanaman
Penyiangan kedua umur 30-35 HST,
didangir, dibumbun dan bedengan yang rusak diperbaiki.
Semprotkan POC NASA, dosis 4-5
tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke
50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki
(campurkan dengan NASA). Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika
ada serangan Thrips dan hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
D. Pembentukan Umbi ( 36 - 50HST
)
Pengamatan HPT sama seperti fase
Vegetatif. Perlu diperhatikan pengairannya. Butuh air cukup dimusim kemarau,
perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
E. Pematangan Umbi ( 51- 65 HST )
Fase ini tidak begitu banyak air.
Penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
F. Panen dan Paca Panen
1. Panen
60-90 % daun telah rebah, dataran
rendah panen pada umur 55-70 hari, dataran
tinggi umur 70 - 90 hari.
Panen dilakukan pada pagi hari yang
cerah dan tanah tidak becek Pemanenan dengan pencabutan batang dan
daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan ( dipocong)
2. Pasca Panen
Penjemuran dengan alas anyaman bambu
( gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke
atas, tujuannya mengeringkan daun.
Penjemuran kedua selama 2-3 hari
dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan
sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas
dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 80 - 85 % baru disimpan di
gudang. Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu.
Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi
gudang.
4. BUDIDAYA WORTEL
Panduan Budidaya Tanaman Sayuran
Pengarang Anas D. Susila
A. Penanaman
·
Buat garis
memanjang pada barisan yang telah diberi pupuk kandang
·
Taburkan
pada alur tersebut biji wortel yang telah dicampur dengan pupuk kandang, agar
penebarannya dapat merata dan tidak berhimpitan tumbuhnya.
·
Tutup
kembali biji yang dialur dengan pukan setebal 1 cm, lalu tutup dengan jerami
atau daun pisang dibuka setelah tanaman tumbuh.
·
Pupuk
pertama pada saat tanam ditaburkan pada alur memanjang dengan jarak 5 cm dari
posisi tanam.
B. Pemeliharaan
·
Penyiraman
terus menerus hingga berkecambah
·
Penjarangan
dilakukan untuk tanaman yang tumbuh rapat, sehingga diperkirakan jarak tanamnaya
5 cm. Lakukan juga penyiangan gulma.
·
Pembumbuan
pangkal umbi yang kelihatan di permukaan tanah.
·
Tambahkan
pemupukan ke dua pada saat tanaman umur 1 – 1,5 bulan. Terdiri dari urea 50
kg/ha dan KCI 20 kg/ha dengan dialur 5 cm dari tanaman.
C. Pasca Panen
·
Setelah
dikumpulkan umbi dicuci bersih dengan air yang mengalir, sambil dilakukan
seleksi. Kemudian tiriskan diatas para-para hingga kering.
·
Bila
tempat penjualan tidak jauh, umbi diikat dengan daunnya dnegan berat sekitar 1,1
– 1,3 kg.
·
Bila
tempat penjualannya jauh, daun dipotong sampai pangkal demikian juga ujung umbi
yang kecil. Dengan tujuan memudahkan dan meringankan saat pengangkutan.
5. BUDIDAYA KUBIS
Karangan
Nur Haryono
A. Fase Tanam
1.
Jarak
tanam
Jarak
tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60 x 50 cm
2.
Bibit
Bibit
yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5 daun siap ditanam
3.
Pemupukan
Pupuk
dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea,
175 kg/ha ZA dan 100 kg/ha KCl.
Pupuk dasar
dicampur secara merata lalu diberikan pada lubang tanam yang telah diberi pupuk
kandang, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
4. Cara tanam
·
Buat
lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam
·
Pilih
bibit yang segar dan sehat
·
Tanam
bibit pada lubang tanam
·
Bila bibit
disemai pada bumbung daun pisang langsung ditanam bersama bumbungnya
·
Bila bibit
disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit dari polibag lalu baru ditanam
·
Bila
disemai dalam bedengan ambil bibit beserta tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam
5 cm dengan solet (sistem putaran)
·
Setelah
ditanam, siram bibit dengan air sampai basah
·
Kubis
dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan cara tanam : 2 baris kubis 1 baris
·
tomat.
Tomat ditanam 3 atau 4 minggu sebelum kubis
B. Fase Pra Pembentukan Krop (0 -
49 Hari )
·
Penyiraman
dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari
·
Pemupukan
susulan dilakukan pada umur 28 hari dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA
dan 100 kg/ha KCl
·
Penyemprotan
POC NASA 3 - 4 tutup/tangki ditambah HORMONIK 1-2 tutup/tangki dilakukan setiap
1 minggu sekali.
·
Penyiangan
(penggemburan dan pembubunan tanah) dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu
·
Perempelan
cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal mungkin supaya pembentukan
bunga optimal
·
Hama yang
menyerang pada fase ini antara lain Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), Ulat
daun kubis (Plutella xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis
Zell.), Ulat krop bergaris (Hellula undalis F.)
·
Lakukan
pengamatan tiap minggu sekali terhadap hama-hama tersebut mulai kubis umur 13
hari. Populasi tertinggi terjadi pada awal musim kemarau
·
Cara
pengendalian; kumpulkan dan musnah secara mekanik, sanitasi lingkungan.
·
Tanaman
muda yang mati karena penyakit rebah kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.)
dicabut, kemudian disulam dengan tanaman baru yang sehat, tambahkan Natural
GLIO pada lubang tanam.
C. Fase Pembentukan Crop ( 50 -
90 Hari )
·
Penyiangan
secara manual dengan tangan perlu dilakukan sampai kira-kira satu minggu
sebelum panen
·
Lakukan
pengamatan lebih intensif terhadap hama yang merusak berat pada fase ini yaitu;
Ulat Daun Kubis (P. xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya
Pebruari Maret
·
Serangan
hama menjelang panen tidak perlu dikendalikan (secara kimia)
D. Panen dan Pasca Panen
·
Kubis
dipanen setelah berumur 81- 105 hari
·
Ciri-ciri
kubis siap panen bila tepi daun krop terluar pada bagian atas krop sudah
melengkung ke luar dan berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.
·
Pada saat
panen diikursertakan dua helai daun hijau untuk melindungi krop
·
Jangan
sampai terjadi memar atau luka
·
Amati
penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan Busuk Hitam (Xanthomonas
camprestris)
·
Daun-daun
kubis yang terinfeksi harus dibuang.
6. BUDIDAYA TANAMAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI MiG-6 PLUS
Sumber : BPP Teknologi dan MiG-6
Plus / Teguh Rahayu
A. Teknik Penanaman
1) Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan dapat
ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan
pergiliran tanaman dengan palawija.
Pergiliran tanaman ini juga
dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya setelah satu tahun menanam padi.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari
dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo
di antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman
tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacangkacangan.
2) Penanaman Padi Sawah
Bibit ditanam dalam larikan dengan
jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada
varitas padi, kesuburan tanahdan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak
memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih
lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih
lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
3) Penanaman Padi Gogo
Penanaman dilakukan pada awal musim
hujan setelah dua atau tiga kali turun hujan di bulan Oktober-November.
Penanaman dilakukan dengan cara:
a) Di dalam lubang tanam
Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak
tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisi dengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan
pupuk kandang dan abu, debu atau tanah halus.
b) Di dalam larikan
Terlebih dahulu dibuat alur tanam
dengan bantuan kayu berujung runcing dengan jarak antar aluran 60 cm dan
kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke dalam aluran.
B. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Padi Sawah
Penyulaman tanaman yang mati
dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam. Bibit sulaman harus dari
jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan pada persemaian bibit.
2) Penyiangan Padi Sawah
Penyiangan dilakukan dengan mencabut
rumput-rumput yang dikerjakan sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan
dilakukan dua kali yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan
landak (alat penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul
kecil.
3) Pengairan Padi Sawah
Syarat penggunaan air di sawah:
a)
Air
berasal dari sumber air yang telah ditentukan Dinas Pengairan/ Dinas Pertanian
dengan aliran air tidak deras.
b)
Air harus
bisa menggenangi sawah dengan merata.
c)
Lubang
pemasukkan dan pembuangan air letaknya bersebrangan agar air merata di seluruh
lahan.
d)
Air
mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak sawah. Kotoran
berfungsi sebagai pupuk.
e)
Genangan
air harus pada ketinggian yang telah ditentukan. Setelah tanam, sawah
dikeringkan 2-3 hari kemudian diairi kembali sedikit demi sedikit. Sejak padi
berumur 8 hari genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi berumur 8-45 hari
kedalaman air ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm. Pada waktu padi
mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada waktu padi menguning
ketinggian air dikurangi sedikit-demi sedikit.
4) Pemupukan Padi Sawah
Pupuk Hayati MiG-6 Plus sebanyak
6 liter/ha per musim dengan aplikasi 2 liter diberikan 3 hari sebelum tanam
dengan cara disemprot secara merata pada lahan yang airnya macak-macak kemudian
aplikasi selanjutnya pada saat umur padi 30 hari dan pada saat keluar malai
masing-masing 2 liter / ha . Pupuk anorganik yang dianjurkan Urea=200 kg/ha,
TSP=50-75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha. Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4
minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam.
Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan.
Pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar
malai.
5) Penyiangan dan Pembumbunan
Padi Gogo
Dilakukan secara mekanis dengan
cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8
minggu. Pembumbunan dilakukanbersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu
sebelum muncul malai.
6) Penyulaman Padi Gogo
Dilakukan pada umur 1-3 minggu
setelah tanam.
7) Pemupukan Padi Gogo
a) Pupuk organik
Berasal dari tanaman pupuk hijau
seperti Crotalaria juncea yang berumur 4-6 bulan atau dari pupuk kandang
yang telah matang. Pupuk organik dibenamkan ke tanah dengan dosisi 5 ton/ha
ditambah dengan MiG-6 Plus sebanyak 6 liter per hektar dengan aplikasi 2
liter 3 hari sebelum tanam, kemudian pada saat padi berumur 1 bulan dan 2 bulan
masingmasing 2 liter per hektar
b) Pupuk anorganik
Pupuk yang diberikan berupa 150-200
kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat
tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam.
8) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2
minggu sekali tergantung dari
intensitas serangan.
C. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah
menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat
sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah.
2. Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum
panen, gunakan sabit tajam untuk memotong
pangkal batang, simpan hasil panen
di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan
menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama
15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen
hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
3. Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan
yang intensif, diharapkan produksi mencapai 8-9 ton/ha. Saat ini hasil yang
didapat hanya 5-6 ton/ha.
D. Pascapanen
a)
Perontokan.
Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60 jam orang
untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (± 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua
kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat.
Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1
hektar hasil panen.
b)
Pembersihan.
Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar
kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.
c)
Jemur
gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Secara
tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan
gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.
d)
Penyimpanan.
Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat
tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
7. BUDIDAYA CABE
Panduan Budidaya Tanaman Sayuran
Karangan Anas D. Susila
A. Penanaman
·
Lubangi
plastik dengan diameter 10 cm pada jarak tanam
·
Jarak
tanam yang dipakai adalah double row (dua baris tanaman) per bedengan dengan
jarak 60 anatar bedengan dan 50 cm dan tanaman dalam barisan
·
Sebelum
penanaman dilakukan penyiraman bedengan (di leb) sedalam 25-30 cm.
·
Penanaman
dilakukan pada bibit yang sudah berumur 4-5 minggu, atau sudah mempunyai 3-5
helai daun.
·
Satu
lubang tanam diisi satu bibit.
·
Permindahan
secara hati-hati jangan sampai akar atau daunnya rusak.
B. Pemeliharaan
Tanaman
a)
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan pada tanaman yang tidak sehat pertumbuhannya dengan bibit baru yang
kira-kira umurnya sama. Penyulaman dilakukan pada satu minggu setelah tanam.
b)
Pengajiran
·
Dilakukan
7 hari setelah tanam
·
Ajir
terbuat dari bumbu 2 x 100 cm, ditancapkan 10 cm dari pohon, ditanamkan dalam
tanah sedalam 20-30 cm dengan posisi miring keluar.
·
Pengikatan
tanaman pada ajir dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dengan raffia.
c)
Pewiwilan
- Semua tunas air dibawah cabang pertama diwiwi
- Bunga I dan II setelah cabang pertama diwiwil, bungan dan cabang selanjutnya dipelihara.
d)
Pengendalian
hama dan Penyekit
Pengendalian
HPT dilakukan bila perlu saja, yaitu bila terlihat gejala adanya serangga atau
penyakit. Untuk tindakan preventif disemprotkan pestisida setiap minggu setelah
tanam dengan insektisida atau fungisida secara bergantian
e)
Penyilangan
Penyilangan
dilakukan secara manual dua minggu sekali atau sesuai pertumbuhan gulma.
f)
Pemupukan
Tambahan
Pemeberian
puuk tambahan dilakukan pada 2, 4, 6, 8
minggu setelah tanam. Cara pemeberian dengan melingkarkan sekaliling tanaman 5
– 7 cm dari tanaman.
g)
Penyiraman
Pengairan
dilakukan dengan sistem furrow, yaitu dengan mengairi parit selama 2-8 jam
dengan ketinggian air 25 cm saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam, atau
disesuaikan kelmbaban tanahnya.
C. Panen
dan Pasca Panen
- panen pertama dapat dilakukan mulai 9 minggu setelah tanam. Panen berikutnya setiap 5 – 7 hari sekali.
- Buah yang sudah dipanen segara disortir (dipisahkan) berdsarkan grade yang dengan sesuai pesanan pasar.
8. TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG D.
Karangan
Nur Haryono
A. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa
diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda).
Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda
umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple
Cropping ), dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay
Cropping ): pola tanam dengan menyisipkan satu atau
beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan
atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung
menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed
Cropping ) : penanaman terdiri beberapa tanaman dan
tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu.
Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh:
tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5
cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan
dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung
berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2
tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1
tanaman/lubang). Panen < 80 hari, jarak tanamnya 20x50 cm (1
tanaman/lubang). Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan
tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu.
B. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak
baik, dipotong dengan pisau atau ngunting tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak
boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati,
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan
dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu
sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau
cangkul kecil, garpu dll.
Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram
tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan
dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah
rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6
minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri
barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar
tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih
besar sehingga perlu dialirkan air pada
parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
C. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah
tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya
terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika
matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll
dipanen jika sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut
kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada
batang atau setelah pemetikan selesai,
agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak
tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar
matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.
5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan
atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari
kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil,
biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk
menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan
kualitas panenan.
9.
TEKNIS
BUDIDAYA TANAMAN KAKAO ( COKLAT )
Karangan
Nur Haryono
A. Penanaman
a. Pengajiran
Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 -
100 cm
Pasang ajir induk sebagai patokan
dalam pengajiran selanjutnya Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga
diperoleh jarak tanam yang sama
b. Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm
pada akhir musim hujan. Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1)
ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang
c. Tanam Bibit
Pada saat bibit kakao ditanam pohon
naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun.
Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya
tumpang sari dengan pohon kelapa Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan
jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak
umur 4-5 bulan
Penanaman saat hujan sudah cukup dan
persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak
tengah membentuk daun muda (flush)
B. Pemeliharaan Tanaman
a) Penyiraman dilakukan 2 kali
sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b) Dibuat lubang pupuk disekitar
tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian
ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di samping ini :
Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2
kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA
diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap
1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
C. Pemangkasan
Pemangkasan ditujukan pada
pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon
pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi
dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
a)
Pangkas
Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul
cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang
primer yang baik dan letaknya simetris.
b)
Pangkas
Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif
yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok
atau cabangnya.
c)
Pangkas
Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi
tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung
keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas
ringan pada musim kemarau.
d)
Pangkas
Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan
memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.
D. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak
dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi
jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai
buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga
pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka
produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga,
warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan
dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang
hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji
dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak
yang tersedia.
E. Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pengolahan
biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh
biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak
terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor
pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan.
Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air
maksimal 7%
10. TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN TEBU
Karangan
Nur Haryono
A. TURUN TANAH/KEBRUK
Yaitu mengembalikan tanah stek kedua
ke dalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar tanah. Tebalnya
tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah + 10 cm. di musim kemarau terik
tebal + 15 - 20 cm.
B. PERSIAPAN TANAM
Lakukan seleksi bibit di luar kebun Bibit
stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin.
Bibit stek + 70.000 per ha.
Sebelum ditanam, permukaan potongan
direndam dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural GLIO dosis 5 gr per 10
liter air.
Sebelum tanam, juringan harus diari
untuk membasahi kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus.
C. CARA TANAM
1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi
Tanah kasuran harus diratakan
dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-10
cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke
samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
2. Bibit Rayungan (bibit yang
telah tumbuh di kebun bibit),
jika bermata (tunas) satu: batang
bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring, + 45
derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas
menghadap ke samping dengan kedalaman + 1 cm.
3. Sebaiknya, bibit bagal (stek)
dan rayungan ditanam secara terpisah di dalam petak-petak
tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.
WAKTU TANAM
Berkaitan dengan masaknya tebu
dengan rendemen tinggi tepat dengan timing masa giling di pabrik gula. Waktu
yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.
D. PEMELIHARAAN
PENYIRAMAN
Penyiraman tidak boleh berlebihan
supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah
satu hari tidak ada hujan, harus
segera dilakukan penyiraman.
PENYULAMAN
1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata
satu.
2. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan
bermata dua atau pembibitan.
3. Penyulaman yang berasal dari
ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman
berumur + 1 bulan
4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan, bersama sama dengan pemberian air
ke - 2 atau rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan
5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun ke -2
PEMBUMBUNAN TANAH
Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur
3-4 minggu, yaitu berdaun 3 - 4 helai.
Pembumbunan dilakukan dengan cara
membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar)
lalu tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.
Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika
anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan
rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau + 2 bulan. Pembumbunan ke-3 atau
bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur
sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.
GARPU MUKA GULUD
Penggarpuan harus dikerjakan sampai
ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir.
Biasanya dikerjakan pada bulan
Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.
KLENTEK
Yaitu melepaskan daun kering, harus
dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, umur 7
bulan dan 4 minggu sebelum tebang.
TEBU ROBOH
Batang tebu yang roboh atau miring
perlu diikat, baik silang dua maupun silang
empat. Ros - ros tebu, yang terdiri
dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun - rumpun dari deretan
tanaman di sisinya, sehingga berbentuk menyilang.
RENDEMEN TEBU
Proses kemasakan tebu merupakan
proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung
pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan
kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk
dan pangkal batang.
Usahakan agar tebu ditebang saat
rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis
tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang
berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %
TEBU KEPRASAN
Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu
yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD). Kebun yang
akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu.
Sebelum mengepras , sebaiknya tanah
yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak – petak tebu secara berurutan.
Setelah dikepras siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas). Lima hari
atau seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran)
sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan rumput - rumput.
Lakukan penyemprotan POC NASA dan
HORMONIK pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis seperti di atas.Pemeliharaan
selanjutnya sama dengan tanam tebu pertama.
0 comments:
Post a Comment