Monday, October 19, 2015

Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak SD

BAB I PENDAHULUAN 
1. Latar belakang
            Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan. Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya. Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi, kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. Selain itu, pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak di olah dan dikembangkan. Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis. Ketrampilan ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara seimbang. Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi seni. Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.

2. Rumusan masalah
 a. Bagaimana perkembangan seni rupa anak Sekolah Dasar ?
b. Apa peranan seni rupa anak Sekolah Dasar ?
c. Apa fungsi seni rupa anak Sekolah Dasar ?
d. Bagaimana peran seni sebagai alat pendidikan?

3. Tujuan penulisan
a. Mengetahui apa saja perkembangan seni rupa anak Sekolah Dasar
b. Mengetahui peranan seni rupa anak Sekolah Dasar
c. Mengetahui fungsi seni rupa anak Sekolah Dasar
d. Mengetahui apa saja peran seni sebagai alat pendidikan

4. Manfaat
Mengacu pada masalah dan tujuannya, makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.Mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan seni rupa di SD
2. Bagi penulis, makalah ini sebagai masukan agar diterapkan dalam proses mengajar seni rupa di SD kelak

BAB II PEMBAHASAN  
A. Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar
Tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu
kelas I sampai dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak.
1. mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan seni rupa anak menurut para ahli.
2. mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita pelajari. Periodisasi Perkembangan Seni Rupa anak-anak Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain dalam: Creative and Mental Growth adalah
(1) Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
(2) Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
(3) Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
(4) Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
(5) Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
(6) Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.  

Penjelasan periodisasi perkembangan seni rupa anak diatas adalah sebagai berikut:
1. Masa Mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
          Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu: 1) corengan tak beraturan, 2) corenganterkendali, dan 3) corengan bernama. Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi. Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran. Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”.
2. Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
         Materi Objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya. Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan kepada kepentingannya. Ini dinamakan dengan “perspektif batin”.
3. Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
        Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line). Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak pada gambar “tembus pandang” (contoh: digambarkan orang makan di ruangan, seakan-akan dinding terbuat dari kaca). Gejala ini disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang). Misalnya gambar sebuah rumah yang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas.
4. Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
      karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
5. Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
      Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci.
6. Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan.  



B. TIPE GAMBAR ANAK-ANAK
Keberhasilan karya gambar buatan anak ditentukan oleh orisinalitas gambar yang sesuai dengan dunia anak-anak menurut perkembangan usianya. Berdasarkan bentuk, dikenal beberapa tipe gambar, yakni tipe visual, tipe haptik, dan tipe campuran. Gambar anak tipe visual, hasil menggambar mirip dengan obyek aslinya. Gambar anak tipe haptik, obyek yang digambar hanya yang menarik minat atau perasaannya, hasilnya berupa gambar yang tidak mirip dengan obyek aslinya. Kebanyakan gambar anak-anak berupa campuran yakni dengan ciri-ciri visual dan haptik.  

C. Peranan Seni Rupa
1. Peranan Bagi Anak Usia Dini Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Hal ini dapat terlihat dari
a. keaktifan atau kesempetan bergerak, berekeperimen, berlomba, dan berkomunikasi.
b. Kesenangan anak-anak berkarya seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan.
c. Dalam kelompok, mereka akan memcoba sesuatu yang diinginkannya
d. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya.
2. Peranan Guru Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya.
3. Peranan Sekolah Peranan sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah.  

D. Fungsi Seni Rupa
1. Fungsi Individual
Manusia terdiri dari unsur fisik dan psikis. Salah satu unsur psikis adalah emosi. Maka fungsi individual ini dibagi menjadi fungsi fisik dan fungsi emosi.
a. Fisik, yang berhubungan dengan fisik, seperti : busana, perabot, rumah alat transportasi dan sebagainya.
b. Emosional, dipenuhi melalui seni murni, baik dari senimannya maupun dari pengamatan atau konsumennya. Contoh: lukisan, patung, film, dan sebagainya.

2. Fungsi Sosial
Fungsi sosial Fungsi sosial merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat sebagai pemenuhan kebutuhan sosial suatu individu. Terdapat beberapa macam fungsi seni sebagai fungsi sosial, yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi Rekreasi
         Kejenuhan seseorang karena aktifitasnya sehari-hari membuat seseorang membutuhkan penyegaran diri, misalnya diwaktu hari libur mangunjungi tempat-tempat rekreasi obyek wisata (rekreasi alam). Seni juga dapat dijadikan sebagai benda rekreasi misalnya seni pertunjukan sendra tari, pagelaran musik, pertunjukan teater dll. Seni sebagai rekreasi merupakan seni yang mampu menciptakan suatu kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan kondisi yang telah ada. Di era globalisasi ini kehadiran seni mendapatkan perhatian yang sangat serius dari banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai ekonomi atau bisnis)
b. Fungsi Komunikasi
      Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan manusia lain menggunakan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif, mudah, dan cepat untuk dimengerti. Namun begitu bahasa memiliki keterbatasan karena tidaklah mungkin semua orang menghafal semua bahasa yang ada. Oleh karena itulah dibutuhkan bahasa universal yaitu bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut. Misalnya Paranggi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh pelosok penjuru dunia melalui pertunjukan sendra tari, affandi melalui lukisannya, Shakespeare dapat berkomukasi melalui puisi-puisi nya dll. Tampaknya seni menjadi sangat efektif membantu orang untuk berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasn bahasa verbal maupun perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni manusia dapat berkomunikasi dengan dunia luar serta melalui seni kita dapat mengenal budaya bangsa lain.
c. Fungsi Rohani
        Kepercayaan religi tersebut terdapat dalam karya-karya moko, neraca, dolmen, menhir, candi pura, bangunan masjid, gereja, ukiran, relief, dsb. Manakah yang muncul pertama kali, kepercayaan religi atau seni terlebih dahulu? Dan hal tersebut tidak dapat dijawab secara pasti. Karl Barth berpendapat bahwa sumber keindahan adalah Tuhan. Agama sering dijadikan juga sebagai salah satu sumber inspirasi seni yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-pengalaman religi tersebut tergambarkan dalam bentuk nilai estetika. Banyak media yang mereka pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak, visual, dsb. Sebagai contoh yaitu kaligrafi arab, makam, relief, candi, gereja dll.
d. Fungsi Pendidikan
         Pendidikan dalam arti luas diartikan sebagai suatu kondisi tertentu yang memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dlam sebuah pertunjukan seni, orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena di dalam setiap karya seni pasti ada pesan atau makna yang disampaikan. Disadari atau tidak, rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi seseorang. Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik dan maju dari sebelumnya. Disinilah seni harus disadari mnumbuhkan nilai estetika dan etika kepada peserta didik.
e. Fungsi Artistik
        Dalam hal ini seni lebih berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersil, seperti musik kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa kontenporer (seni hanya pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar atau pengunjung hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya
f. Fungsi Guna
         Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek kegunaannya seperti perlengkapan atau peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah ataupun rotan
g. Fungsi kesehatan
         Seni sebagai fungsi kesehatan seperti pengobatan penderita gangguan physic ataupun medis distimulasi melalui terapi musik (disesuaikan dengan latar belakang pasien). Terbukti musik telah mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis, trauma pada suatu kejadian, dsb. Pada tahun 1999 Siegel menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan dapat merangsang sistem limbic jaringan neuron otak dan gamelan menurut Gregorian dapat mempertajam pikiran.  
E. Seni Sebagai Alat Pendidikan
Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Pendidikan seni rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasi diri, mengembangkan penguasaan disiplin ilmu seni rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.  

G. Bermain Sebagai Bentuk Ekspresi Kretif Bebas Bagi Anak
Permainan bisa dikembangakan menjadi empat fungsi sesuai :
1. Dari segi perasaan, permainan dapat dikembangkan dengan latihan-latihan penjiwaan kearah drama
2. Dari segi intuisi, dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri kea rah tari dan musik.
3. Dari segi sensasi, dapat dikembangkan dengan cara mengeksperikan diri kea rah desain plastis atau visual 4. Dari segi pikiran, dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan kontruktif kea rah keahlian.  

H. Integrasi Seni dengan Studi Lain
1. Pemanfaatan benda-benda di sekeliling siswa untuk pembelajaran matematika di sekolah dasar. Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru mengaitkan teori pembelajaran dengan perkembangan anak.
2. Strategi Pembelajaran Apresiasi Puisi di Sekolah Dasar Mengarah kepada peningkatan kemampuan penalaran, kehalusan perasaan, imajinasi, serta kepekaaan terhadap masyarakat dan lingkungan sosial budaya Indonesia
3. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan pembelajaran IPS di sekolah dasar. Sumber bahan pembelajaran berupa lingkungan meliputi lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan agama, lingkungan budaya dan lingkungan manusia atau sumber
4. Pola Pengajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pelaksanaan pembelajarannya ditekankan pada aktivitas fisik. Aspek pencapaian yang paling dominan adalah ranah psikommetri
5. Penerapan metode Discovery – inquiri dalam pengajaran IPA di sekolah dasar metode Discovery – inquiri adalah salah satu metode pengajaran yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari.

BAB III PENUTUP 
A. Kesimpulan
       Pendidikan seni rupa merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak dalam bentuk gambar. Pada tahap perkembangan peserta didik terdapat tahap-tahapan anak dalam mengggambar, yaitu pada masa Coreng-Moreng, masa pra bagan, masa bagan, dan masa realism, masa naturalisme semu, periode penentuan. Tujuan pendidikan seni rupa bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Karena peranan seni rupa sangat penting baik bagi anak usia dini, guru dan sekolah. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin

B. Saran
       Pendidikan seni rupa amatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk menegtahui perkembangan peserta didik dalam penerapan pembelajaran Seni Rupa Sekolah Dasar, dengan bakat dan kreativitas anak kita dapat memahami dan menilai karakteristik kemampuan siswa dalam membuat gambar. Oleh karena itu pendidikan seni rupa perlu ditananmkan pada anak sejak usia dini, agar bakat yang dimiliki anak dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kreativitas yang dimiliki anak.

DAFTAR RUJUKAN
Bahan Ajar 4. Prodi Pendidikan Dasar PPS UNP

0 comments:

Post a Comment