BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kehidupan suatu masyarakat dalam kurun
tertentu tercermin pada karya sastra yang lahir pada kurun waktu itu. Oleh
karena itu, kemajuan sastra merupakan perlambang kemajuan kehidupan masyarakat
pendukungnya, bahkan sastra menjadi diri identitas suatu bangsa. Melalui sastra
orang dapat mengidentifikasi perilaku
dan karakter bahkan dapat mengenali budaya masyarakat pendukungnya.
Sastra Indonesia merupakan cermin kehidupan masyarakat Indonesia dan identitas
bangsa Indonesia.
Sastra merupakan bidang kajian yang
begitu banyak mengandung bidang pandang. Sastra bagi sebagian orang dinilai
sebagai kreasi seni yang mengandung nilai luhur, nilai moral yang berguna untuk
mendidik anak. Sedangkan bagi sebagian orang lainnya, sastra dinilai sebagai
kreasi seni yang didorong oleh gejolak batin yang bersifat individual.
Pandangan ini tidak salah karena memang pada kenyataannya sastra memiliki aneka
sifat dan wajah.
Sastra dapat dilahirkan karena
berbagai fenomena yang dipadu dengan wawasan dan ketajaman imajinasi serta
kepekaan estetika. Biasanya karya sastra berbicara tentang interaksi social
yang kurang tepat, dan merupakan protes terhadap suatu yang dinilai social yang
tidak sesuai. Untuk melahirkan suatu karya sastra yang bermutu seorang harus
mendapat latihan sejak dini yaitu sejak usia SD dan pengetahuan tentang
pengertian sastra dan pembagian sastra serta karakteristik dari sastra itu
sendiri. Selain itu, untuk usia SD hendaklah dibelajarkan mengenai sastra dan
bagaimana cara untuk melahirkan sebuaha karya sastra.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan sastra?
2. Bagaimana
pembagian sastra di Indonesia?
3. Bagaimanakah
perkembangan sastra di Indonesia?
4. Apa
saja yang termasuk apresiasi sastra?
5. Apa
fungsi sastra bagi masyarakat
6. Apa
saja yang termasuk unsure instrinsik dan ekstrinsik sastra?
C. Tujuan
Penulisan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mendeskripsikan sastra dan pembagian sastra di Indonesia. Secara
khusus tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Pengertian
sastra
2. Pembagian
sastra
3. Perkembangan
sastra
4. Apresiasi
sastra
5. Fungsi
sastra bagi masyarakat
6. Unsur
instrinsik dan ekstrinsik sastra
D. Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi
penulis
Untuk
mengetahui apa sebenarnya sastra dan bagaimana perkembangan dan pembagian
sastra sehingga memudahkan dalam pembelajarannya di sekolah .
2. Bagi
pembaca
Diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan referensi tentang sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Sastra
Secara etimiologis
menurut Teeuw (dalam Atmazaki 2005:20) sastra merupakan bahan banding, kata
sastra dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa sansekerta; akar kata
sas-, dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan”, mengajar, member
petunjuk atau instruksi. Akhiran –tra biasanya menunjuk alat, sarana,.
Maka dari itu sastra dapat berarti “alat untuk mengajar,buku petunjuk, buku
instruksiatau pengajaran”, misalnya silpasastra, buku arsitektur, kamasutra,
buku petunjuk mengenai seni cinta. Awalan su- berarti “baik”, indah,
sehingga susatra dapat dibandingkan dengan belles-letter.
Menurut Zainuddin
(1992:99) sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusasteraan.
Standar bahasa yang dimaksud adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya
bahasa serta gaya cerita yang menarik. Sedangkan kesusasteraan adalah karya
seni yang pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa yang indah. Menurut
Usman Effendi (dalam Zainuddin 1992:99), kesusasteraan atau sastra adalah
ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan
rasa bagus.
Berdasarkan pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan kreasi seni yang di dalamnya mengandung
kelenturan bahasa yang indah dan memiliki makna tersirat dari setiap
kata-katanya.
B. Pembagian
Sastra
Menurut
Sadikin (2010:14),” karya sastra Indonesia menurut zaman pembuatan karya sastra
dapat dibagi menjadi 2, yaitu: (1) karya sastra lama, (2) karya sastra baru.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian berikut:
1.
Karya Sastra Lama
Karya sastra lama yaitu karya sastra yang
dilahirkan dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang
adat istiadat yang belaku di daerahnya. Karya sastra lama ini biasanya bersifat
moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Satra
lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Terikat oleh kebiasaan
dan adat masyarakat
b.
Bersifat istana
sentries
c.
Bentuknya baku
d.
Biasanya nama pengarang
tidak disertakan (anonym)
Bentuk
sastra lama Indonesia antara lain:
a.
Pantun
Menurut sadikin (2010:15) ”Pantun
merupakan salah satu jenis karya sastra yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa nusantara.” Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun
sekarang dijumpai juga pantun tertulis. Lazimnya pantun terdiri atas empat
baris, dan bersajak a-b-a-b.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua
bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, yang
biasanya berkaitan dengan alam dan tidak mempunyai hubungan dengan bagian kedua
selain untuk mengantarkan sajak. Sedangkan isi adalah dua baris terakhir yang
mempunyai tujuan dari pantun tersebut.
1. Peran
pantun
Pantun
memiliki peran diantaranya:
a) Sebagai
alat pemelihara bahasa
b) Sebagai
penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga agar alur berpikir
c) Malatih
seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar
d) Melatih
orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata
yang lain
e) Sebagai
alat penguat penyampain pesan
2. Struktur
Pantun
Struktur
pantun sengbagai berikut:
a. Terdiri
dari sampiran dan isi yang ada pada umumnya sampiran tidak berhubungan dengan
isi.
b. Terdiri
dari 4 baris.
c. Bersajak
a-b-a-b
d. Satu
baris terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata
3. Jenis-jenis
Pantun
a) Pantun
adat
Contoh:
Menanam
kelapa di pulau Batam
Tinggi
sedepa sudah berbuah
Adat
bermula dengan hokum
Hukum
bersandar dengan hukum
b) Pantun
agama
Contoh:
Bunga kenanga di atas kubur
Pucuk sari pandan jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati nadan binasa
c) Pantun
budi
Contoh:
Sarat perahu muat pinang
Singgah berlabuh di Kuala Daik
Jahat berlaku lagi dikenang
Inikan pula budi yang baik
d) Pantun
jenaka
Contoh:
Buah belimbing buah manggis
Buah cokelat sebesar mempelam
Saya tertawa sampai menangis
Melihat kakak dikejar ayam
e) Pantun
kepahlawanan
Contoh:
Kata orang menjaring nangka
Rabung seiris akan pengukusnya
Kalau orang tercoreng ke muka
Ujung keris akan penghapusnya
f) Pantun
kias
Contoh:
Di sana gunung di sini gunung
Di tengah-tengahnya pulau Jawa
Wayangnya bingung dalangnya bingung
Yang penting bisa tertawa
g) Pantun
nasihat
Contoh:
Makan rujak dicampur anggur
Ditambah pula buah durian
Jadi anak harus jujur
Hidup ceria banyak teman
h) Pantun
percintaan
Contoh:
Ikan sepat masak berlada
Kutunggu digulai anak seberang
Jika tak dapat di masa lalu
Kutunggu sampai beranak seorang
i)
Pantun peribasa
Contoh:
Pohon papaya di dalam semak
Pohon manggis sebesar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan
j)
Pantun perpisahan
Contoh:
Kalau ada sumur di lading
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi
k) Pantun
teka-teki
Contoh:
Kalau Tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau Tuan bijak bestari
Binatang apa tandung di hidung
b.
Gurindam
Gurindam adalah puisi lama
yang berasal dari Tamil (India). Gurindam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Sajak akhir berirama
a-a, b-b, c-c, dan seterusnya
2)
Berasal dari Tamil
(India)
3)
Isinya merupakan
nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada tiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
c.
Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita
pada masa lampau yang menjadi cirri khas setiap bangsa yang memiliki kultur
budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki
masing-masing bangsa. Contoh cerita rakyat, yaitu Roro Jonggrang, Timun Mas, Si
Pitung, Legenda Danau Toba, dan Beribu Kandung Kucing.
Cerita
rakyat memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1)
Dianggap sebagai suatu
kejadian yang benar-benar terjadi.
2)
Bersifat sekuler
(keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di
dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam cerita rakyat adalah
manusia.
3)
Bersifat migration
yakni dapar berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah yang
berbeda-beda.
4)
Bersifat siklus, yaitu
sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu,
misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.
d.
Syair
Syair adalah salah satu puisi
lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama masuknya
Islam ke Indonesia. Kata atau istilah Syair berasal dari bahasa Arab yaitu Syi’ir
atau Sya’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata
syu’ur berkembang menjadi syir’u yang berarti puisi dlam pemgetahuan umuum.
Cirri-ciri sya’ir antara lain:
1)
Setiap bait terdiri
dari empat baris
2)
Setiap baris terdiri
atas 8-14 suku kata
3)
Bersajak a-a-a-a
4)
Semua baris adalah isi
5)
Bahasanya mengenai
kiasan
Contoh syair dalam Zainuddin
(1992:116):
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu suatu perkataan
Abdul Hamid Syah Paduka Sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsawan muda
Ganti majelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Paras elok amat sempurna
Patah majelis bijk laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina
e.
Hikayat
Hikayat adalah cerita
pelipur yang sulit diterima oleh akal
dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya.
Cirri-ciri hikayat sebagai berikut :
1)
Berisi kisah-kisah
kehidupan lingkungan istana (istana sentris)
2)
Banyak peristiwa yang
berhubungan dengan nilai-nilai Islam
3)
Nama-nama tokoh
dipengaruhi oleh nama-nama Arab
4)
Ditemukan tokoh dengan
karakter yang di luar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
5)
Tidak ada pembagian bab
atau judul
6)
Juru cerita tidak
pernah disebutkan secara eksplisit (anonym)
7)
Sulit membedakan
peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
8)
Banyak menggunakan
kosakata yang kini dan tidak lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari
9)
Seringkali menggunakan
pernyataan yang berulang-ulang
10)
Peristiwa seringkali
tidak logis
11)
Sulit memahami jalan
ceritanya
12)
Berkembang secara
stetis
13)
Lisan, karena
disebarkan lewat mulut ke mulut
14)
Berbahasa klise, meniru
bahasa penutur sebelumnya
f.
Dongeng
Dongeng adalah cerita yang
tidak benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan secara turun temurun oleh orang
tua kepada anak-anaknya.
g.
Tambo
Tambo
berasal dar bahasa sanskerta, tambay yang artinya bermula. Dalam tradisi masyarakat
Minangkabau, tambo merupakan suatu warisan turun temurun yang disampaikan
secara lisan. Kata tambo dapat juga bermaksud sejarah, hikayat atau riwayat.
Tambo di Minagkabau secara garis besar dibagi dua bagian utama, yaitu:
1)
Tambo alam, yang
mengisahkan asal usulu nenek moyang serta tentang kerajaan Minangkabau.
2)
Tambo adat, yang
mengisahkan tentang adat, system pemerintahan, dan undang-undang tentang
pemerintahan Minangkabau di masa lalu.
2.
Karya Sastra Baru
Karya sastra baru adalah karya
sastra yang telah dipengaruhi oleh adat kebiasaan masyarakat sekitar, akan
tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh sastra dari barat atau Eropa. Adapun
ciri-ciri karya sastra baru yaitu:
a.
Ceritanya berkisar
kehidupan masyarakat
b.
Bersifat dinamis
(mengikuti perkembagan zaman)
c.
Mencerminkan
kepribadian pengararangnya
d.
Selalu diberi nama sang
pembuat karya sastra
Bentuk
karya sastra baru antara lain:
a.
Roman
Kata roman berasal dari bahasa
Perancis “romanz” abad ke-12, serta dari ungkapan bahasa latin yaitu “lingua
romana”, yang dimaksudkan untuk semua karya sastra dari golongan rakyat biasa.
Roman adalah sebuah karya gambaran dunia yang diciptakan oleh pengarangnya,
yang di dalamnya menampilkan keseluruhan hidup suatu tokoh beserta
permasalahannya, terutama dalam hubungan dengan kehidupan sosialnya. Ciri-ciri
roman antara lain:
1)
Biasanya bercerita
tentang seorang tokoh dari tokoh itu hidup sampai tokoh itu meninggal
2)
Karakter tokoh yang
disampaikan secara mendetail
3)
Memiliki alur yang
kompleks
b.
Novel
Novel adalah karangan yang
panjang dan berbentuk prosa mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang
dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat. Sebuah
novel memliki beberapa ciri yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk
mengetahui apakah novel atau bukan. Adapun cirri-ciri novel sebagai berikut:
1)
Jumlah kata lebih dari
35.000 buah
2)
Jumlah waktu rata-rata
yang dipergunakan buat membaca novel yang paling pendek diperlukan waktu
minimal 2 jam atau 120 menit
3)
Jumlah halaman novel
minimal 100 halaman
4)
Novel bergantung pada
pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku
5)
Novel menyajikan lebih
dari satu impresi, efek dan emosi
6)
Skala novel luas
7)
Seleksi pada novel
lebih luas
8)
Kelajuan pada novel
kurang cepat
9)
Unsur-unsur kepadatan
dan intensitas dalam novel kurang diutamakan
c.
Cerpen
Cerpen merupakan cerita pendek
yang biasanya habis dibaca sekali duduk saja. Di dalam cerpen, cerita disajikan
dari awal hingga akhir secara tuntas.
d.
Drama
Drama yaitu bentuk sastra yang
dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan
menggunakan dialog atau monolog. Drama adalah salah satu cabang seni sastra
yang mementingkan dialog, gerak dan perbuatan, serta penggarapannya dimulai
dari penulisan hingga pementasan (Tarigan, 2011:72). Drama terdiri dari
unsure-unsur sebagai berikut:
1)
Tema
2)
Alur
3)
Latar
4)
Tokoh dan penokohan
5)
Amanat
6)
Dialog
Dalam
setiap lakon, dialog haruslah memenuhi dua hal yaitu:
a)
Dialog harus dapat
mempertinggi nilai gerak
b)
Dialog haruslah baik
dan bernilai tinggi
Menurut
Tarigan (2011:84) drama menurut jenisnya dapat dibagi menjadi 4, yaitu: “(1)
tragedy, (2) komedi, (3) melodrama, (4) farce.
e.
Puisi
1)
Pengertian Puisi
Puisi merupakan ungkapan emosi atau
perasaan seseorang. Menurut zainuddin (1992:100) puisi merupakan karya sastra
yang terikat ketentuan atau syarat tertentu dan pengungkapannya tidak
terperinci, tidak mendetail dan tidak meluas. Isinya tidak sampai pada hal-hal
yang kecil dan tidak sejelas karya sastra yang berbentuk prosa. Slanjutnya
menurut Sayuti (dalam Sadikin, 2010:23) “puisi adalah pengucapan bahasa yang
memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapan
pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dar
kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik tertentu
sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri
pembaca atau pendengarnya.”
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa puisi adalah karangan yang disusun dengan konsentratif yang
mengungkapkan pengalaman, emosional, dan intelektual, yang diungkapkan dengan
teknik tertentu sehingga membangkitkan pengalaman tertentu pada diri pembaca
atau pendengar.
2)
Unsur-unsur puisi
Puisi tersusun oleh beberapa unsure.
Menurut Hartoko (dalam Sadikin, 2010:23) puisi terdiri dari dua unsure, yaitu
“unsur tematik atau unsur semantic puisi, dan unsur sintaksis puisi.” Unsur
tematik atau unsure semantik puisi menuju kea rah struktur batin. Stktur batin
adalah makna yang terkandung dalam puisi yang tidak secara langsung dapat
dihayati. Struktur batin terdiri dari:
a)
Tema
Tema
adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema puisi
merupakan kombinasi atau sintesa dari berbagai macam pengalaman, cita-cita,
ide, dan bermacam-hal yang ada dalam pikiran penulis.
b)
Perasaan
Perasaan
maksudnya perasaan penyair yang ikut terekspresikan ke dalam puisi
c)
Nada (Irama) dan
Suasana
Nada
atau irama adalah pengulangan bunyi atau kata yang berulang-ulang dan tersusun
rapi. Susunan irama akan terlihat alamiah dan menyenangkan apabila dak monoton dan mendapat penekanan-penekanan
tertentu sehingga dapat menimbulkan suasana sesuai isi puisi tersebut.
d)
Amanat
Amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca melalui puisi
yang ditulisnya.
Sedangkan, unsur sintaksis mengarah pada
struktur fisik puisi. Struktur fisik adalah struktur yang bisa dilihat melalui
bahasa yang tampak. Struktur fisik terdiri dari:
a.
Diksi
Diksi
adalah pilihan kata yang digunakan dalam menulis puisi.
b.
Pengimajian dan
pencitraan
Pengimajian
digunakan untuk menjelaskan apa yang hendak dikemukakan penyair. Pengimajian atau
citraan mencakup citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman,
citraan rasaan, citraan rabaan.
c.
Kata kongkret
Adanya
kata konkret dalam puisi bertujuan agar makna lebh jelas.
d.
Bahasa figuratif atau majas
Majas
adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan
menimbulkan kondisi tertentu. Bahasa figuratif atau majas menyebabkan puisi
menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna. Majas-majas
yang digunakan seperti: smile, metafora, personifikasi, hiperbola, litotes,
ironi, metonimia, sinekdok, eufisme, repetisi, pleonasma, klimaks, antiklimaks.
e.
Verifikasi
f.
Tata wajah
C. Perkembangan
Sastra Indonesia
Sastra
Indonesia mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Secara urutan waktu
sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yaitu angkatan balai pustaka,
pujangga baru, angkatan ’45, angkatan 50-an, angkatan 60-70an, dasawarsa 80-an,
angkatan reformasi (Sadikin, 2010:44-59). Beberapa angktan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Angkatan balai pustaka
Angkatan balai pustaka merupakan
karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920-1950 yang dipelopori oleh penerbit
balai pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini. Balai pustaka menerbitkan karya dalam tiga
bahasa, yaitu: bahasa Melayu-Tinggi, bahas jawa, dan bahasa sunda dan dalam
jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Adapun
pengarang dan karya sastra angkatan balai pustaka antara lain:
a.
Marah Rusli dengan
karyanya roman Siti Nurbaya
b.
Nur Sutan Iskandar
dengan karyanya roman Katak Hendak Menjadi Lembu
c.
Abdul Muis dengan
karyanya roman Salah Asuhan
d.
Muhammad Yamin dengan
kumpulan puisinya Tanah Air
e.
Rustam Effendi dengan
karyanya kumpulan puisi Percikan Permenungan
2.
Pujangga Baru
Pujangga baru muncul sebagai
reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh balai pustaka terhadap karya
sastra tulis dan sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra
yang menyangkut rasa
Nasionalisme dan
kesadaran bangsaan. Sastra pujangga baru adalah sastra intelektual,
nasionalisme, dan elistik menjadi “ bapak” sastra modern Indonesia.karya sastra
di Indonesia setelah zaman balai pustaka dipelopori oleh Sultan Takdir
Alisyahbana.
Berikut angkatan pujangga baru/
decade 30-an dengan tokoh –tokohnya:
a. Sultan
takdir ali syahbana dengan karyanya roman layar kembang dan kumpulan puisi Tebaran Mega
b. Amir
amzah dengan kumpulan pisi buah rindu
dan nyanyi sunyi
c. Armijin
pane dengan karyanya roman belenggu
d. Sanusi
pane dengan kumpulan pisinya madah kelana dan dramanya manusia baru
e. Y.E
takengeng dengan kumpulan puisinya rindu dendam
3. angkatan ‘45
Karya satra angkatan 45 lebih
relistik debanding karya satra angkatan pujian baru yang romantic –idealistik.
Karya satra angkatan ini diwarnai pengalaman hidup dan gejolak social, politik
dan budaya .adalapun penulis karya angkatan ’45 yaitu :
a. Khairil
anwar dengan kumpulan puisinya deru campur debu
b. Usman
ismail dengan dramanya citra
c. Elhakim
dengan dramanya taufan diatas asia
d. Achdiat
kartamihadja dengan romanya atheis
e. Pramudya
ananta toer dengan kumpulan cerpen percikan revolusi
4. angkatan
’50-an
Angkatan ‘50an ditandai dengan
terbitnya majalah satra kisah asuh H.B Jassin .ciri angkatan ini adalah karya
satra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi .adapun penulis
dan karya sastra angkatan 50-an sebagai berikut :
a. Ajib
rasidi dengan novelya sebuah rumah buat hari tua
b. Muctar
lubis engan novelnya jalan tak ada ujung
c. Nh.
Dini dengan novelnya hati yang damai
d. Rendra
dengan kumpulan puisinya balaa orang-orang tercinta
5. angkatan
60-70-an
Angkatan Ini
Ditandai Dengan Terbitnya Majalah Sastra Horison berupa satrawan pada angkatan
66yaitu sebagai berikut :
a. Taufik
ismail dengan kumpulan piuisi tirani dan benteng
b. Saperdi
dhoko damono dengan kumpulan puisinya dukamua abadi
c. Bur
rasuanto dengan kumpulan puisnya merdeka teah bangkit
d. Hartoyo
andang jayadengan kumpulan pisiya buku puisi
6. angkatan
70-an-80-an
a. Sutarji
calzoum bachri dengan kumpulan puisi amuk kapal
b. Iwan
simatupang dengan novelnya ziarah
c. Danarto
dengan cerpennya godlob
d. Umar
kayam dengan novelnya para priyai
7. satra
mutakhir (periode 90-an dan periode 2000)
Memasuki era reformasi yang sangat
anti KKN dan praktik-praktik otoriter penuh kekbesan ekpresi dan pemikiran
mengandung renungan dan reguilitas dan nuasa-nuasa sufistik.
a. Emha
ainum najib dengan kumpulan puisinya sesobek buku harian Indonesia dan drama
lautan jilbab
b. Seno
gumira ajidarma dengan kumpulan cerpenya ibllis tidak pernah mati
c. Ayu
utama dengan nobvelnya saman dan larung
d. Jenar
mahesa ayu dengan kuumpulan cerpennya mereka bilang saya monyet
e. Afrizal
malna dengan kumpulan puisinya abad yang berlari
D. APRESIASI
SATRA
1. Defenisi
Apresiasi Sastra
Pengertian
apresiasi sastra yang ada sampai sekarang sangatberaneka ragam. Keanekaragaman
ini disebabkan oleh beberapa hal, pertama, apresiasi satra memang merupakan
fenomena unik dan rumit. Kedua, terjadinya perubahan dan pengembangan pikiran
tentang apresiasi satra. Ketiga, adanya perbedaan penyikapan dan pendekatan
terhadap hakikat apresiasi satra. Keempat, adanya perbedaan kepentingan
diantara oprang yang satu dengan orang lain, halini disebankan karena
merumuskan pengertian apresiasi satra menurut kepentingan masing-masing tanpa
menhiraukan dan mengindahkan apresiasi satra secara utuh dan lengkap.
Apresiasi
satra ialah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasrkan atas pemahaman (
Panuti dalam Suyarno 2009:31).
Apresiasi satra adalah kegiatan mengauli cipta rasa
satra dengana sunguh-sunguh sehingga timbul pengertian , penghargaaan dan
kepekaan pikiran kritisdan kepekaan yang baik terhadap karya sastra (S.Efenndi
dalam Suyarno 2009:33)
Apresiasi satra adalah penaksiran kualitas karya
satra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengmaatan dan
penglaman yangs adar dan kritis ( H.G Tarigan dalam Suyarno 2009:33).
Jadi dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah
penghargaan, peniilaian , pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk
puisi mauun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh sunguh
sehingga tumbubpengertian , penghargaan , kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
yang baik terhadap karya satra. Untuk pengertian sastra anak yaitu : 1. Sastra
anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usia nya remaja atau
dewasa, isi dan bahsanya mencerminkan corak kehidupan dan kesehariana anak. 2.
Satra anak-naka adalah sastra yang di tulis oleh pengarang yang usianya masih
tergolong anak-anak yang isi bahsa nya mencerminkan corak kehidupan dan
keprobadian anak. Dengan demikian, satra anak-anak dapat satra anaa-anak dapat
dikatakan bahwa suatu satra yang bahsanya menjerminka corak kehidupan dan kepribadian anaak. Bak
ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa maupun yang masih anak-anak. Karya
satra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puis dan prosa melaikan juga
bentuk drama . pengertian apresiasi satra anaknaak merupkan serangkaian
kegiatan bermain dengan satra anak-anaka sehingga muncul pengertian ketepata
dan ketelitian pemahamana kepekaan
perasaan dan penghargaan yang baik dalam diri anak terhadapa satra anak-anak .
2. Tujuan
apresiasi satra
Apresiasi menpuinyai suatu tujuan saja
yaitu membangun dunia perjumpaan yang memungkinkan adanya dunia percakapan
sehingga terselenggara penjamuan-penjamuan dan percakapan-percapana antara
manusia pengapsesi dan sastra yang diapresiasi
(Saryono 2009:52). Didalam penjamuan dan percapan inilah dunia
kewacanaan yang mudatis mutandis sastra menawarkan , menyuguhkan dan menghidangkan
suatu kepada manusia pengapresiasi boelh dan bisa menerima. Dan memperoleh
sesuatu itu. Sesuatu yang dimaksud disini setidak tidaknya dapat diplih menjadi
empat macam yaitu pengalaman, pengetahuan, kesadaran dan hiburan.
a. Pengalaman
Segala suatu yang oleh, dapat dan mungkin dialami
oleh manusia selama hidup didunia fana ini dapat disebut pengalam manusia .
b. Pengetahuan
Pengetahuan
berbea dengan pengalaman meskipun sudah melewati proses pengedapan dan
pengonseptualan pengalamna bisa menjadi
pengetahuan . pengetahuan lebih konseptul, kognitif ( baik tak sadar maupun
sadar) dan difkursif dibandingkan dengan pengaman yang naratif , ekpresif dan
supjektif.
c. Kesadaran
Disamping menhidangkan pengalan
–pengalaman pengetahuan-pengatuhuan , apresiasi satra juga menghidangkan dan
membrikan kesadaran kepada pengapresiasinya.
d. Hiburan
Satra juga menhidangkan hiburan
karena sastra apapun ( puisi, fiksi dan satra gramik di ubah secara jujur dan
sunguh –sunguh selalu menhibur dan memancarkan sinyal- sinyal permainan.
Yang menyebnagkan dan menghibur.
3. Apresiasi
satra anak-anak secara reseptif
Apresiasi
satra anak-anak secara reseptif adalah penghargaan ,penilaian, dan pengertian
terhadap karya satra anak-anak, bauk yang berbentuk puisi maupun yang berbentuk
prosa yang dapat dilakukan dengana cara membaca, medengarkan, dan menyaksikan
pementasan drama.
Adapun beberapa pendekatan yang
dapat diterapkan dalam mengapresiakan satra anak-anak secara reseptif
diantaranya sebagai berikut :
a. Pendekatan
emotif
Pendekatan emotif dalah endektan
yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemuka dan menikmat nilai keindahan
(estetis) dalam suatu karya satra tertentu baik dari segi bentuk maupun dari
segi isi . menurud aminuddin (2004:420 mengemukan bahwa pendekatan emotif
adalah suatu pendekatan yang berusaha menekukan unsure- unsure yang mengajak
emosi atau perasaan pembaca. Ajuan emosi ini berhubungan dengan keindahan isi
atau gagasan yang lucu atau menarik.
b. Pendekatan
didastik
Pendekatan didastik mengantar
pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, pepatah, nasihat pandangan keagamnan
yang sarat dengan nulai-nilai yan dapat memperkaya kehidupan rohaniah
pembaca.aminuddin ( 2004 :47) mengemukan bahwa pendekatan dinastik adalah suatu
pendekatan yang beusaha menekukan dan memahami gagasan , tangpan evaluative
maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam pandangan etis
filosofis maupun agamais sehingga akan mapu memperkaya kehidupan kerohaniah
pembaca.
c. Pendekatan
anlitis
Aminuddun (2004:44) mengemukan
bahwa pendekatan analistis merupakan pendekaqtan yang berupaya membantu pembaca
memahami gagasan , cara pengarang menampilkan gagasan , sikap mengarang unsure
insrntik dan hubungan antara elemen sehingga adapat terbentuk keselaran dan
kestuan adalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan makna nya.namun
demikian , penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran satra di SD
tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkn diatas . dianggap telah
memadai jika telah dapat mengukapkan unsure-unsur yang membangun karya satra yang
dibaca dan dapat menunjukan hubungan antara unsure yang saling mendukung atau
saling bertentanan serta mamou memperkya
pengalaman rohaniah. Aminuddin (2004) mengemukan bahwa unsure dalam prosa atau
cerita fiksi adalah tema, latar, alur penokohan dan titik pandang dan gaya.
4. Apresiasi
satra anak-anka secara produktif
Apresiasi
produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan
pencintaan . dalam hubunganya dalam apresiatif produktif , pengapresiasi
dituntut mengahsilkan karya sastra , dan esai. Aa beberapa pendekatan yang
dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra naka-anak secara produktif
diantaranya sebagai berikut :
a. Pendekatan
parafrastis
Paraphrase merupka salah satu
keterampilan yyang dapat meningkatan apresiasi sastra sisw . melalui paraphrase
siswa melatih mengubah bentuk karya satra tertentu menjadi bentuk karya sastra
yang lain tanpa mebgubah bentuk karya satra tertentu menjadi bentuk karya satra
yang lain tampa mengubahn tema atau gagasan pokoknya. Aminuddin (2004) menjelaskan
bahwa paraphrase adaah stategi pemahaman makna suatu bentuk karya dengan cara
mengukapkan kembali karya pengarang tertentudengan mengunkan kata-kata yang
berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang. Disamping iti aminuddin
(2004) megemukan bahwa pendekatan paraftis pada dasarnya beranjak dari prinsip
bahwa : a) pengubahan bentuk karya satra tertentu kedalam bentuk karya satra
yang lain akan semangkin meningkatakan keluasan dan ketajaman keluasan membaca.
Yang bersangkutan. b). gagasan tersebut dapat dikemukan dalam bentuk yang
berbeda c) symbol konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih kongrit dan
mudah dipahami d) pengukapoan yang eliptif dapat ditambah sehingga semangkin
lengkaopa dan mudah dimengerti I.G.P Antara (1985) mengemukan bahwa teknik
memparafasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
teknik larik, teknik bait, teknik global.
b. Pendekatan
anlistis
Pendekatan anlistis merupakan pendekatan
yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsure-unsur intrinrik yang membangun
suatu karya sastra tertentu dan hubungan antar unsure yang satu dengan yanga
liannya sebagai seutu kesatuan yang utuh (Aminuddin, 2004) menurut I.A Richard
(dalam Situmorang , 1980) ada dua hal pook yang membangun puisi yaitu : hakikat
puis dan metode puisi . hakikat puisi meliputi tema, rasa dan nadadan amanat
sedangkan diksi , gaya bahasa, kata konkret , gaya bayanga, irama dan rima.
Hubungan keduanya erat dengan erat oleh Tarigan (1989) seperti hungan jiwa dan
tubuh. Sehingga kahikat puisi dapat disebut sebagai unsure batiniah dan metode
puisi dapat disebut sebagai unsure
lahiriah puisi, a)unsure lahiriah (metode puisi) 1) diksi, diksi
merupakan kemmpuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya.yang
sesuai dalam suatu kajian yang harmonis dan artistic sehingga sejalan dengan
maksud pouisinya.baik secara denotative maupun secara konotatifnya. 2) gaya
bahasa, gaya bahasa adalah gaya tertentu yang dimaksud penyair untuk
menciptakan kesan tertentu daya bayang dan nilai keindahan . 3) kata kongkrit,
kata konkret ialah pemakaian kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara
konkret dapat melih kata yang khusus, bukan yang umum. 4) daya baying, daya
baying ialah kemampuan penyair mendeskripsikan atau melukiskan suatu benda atau
suatu peristiwa sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan benda atau mengaami
peristiwa tersebut. 5) irama dan rima irama adalah berkaitan dengan kelembutan
suara (tekanan), panjang pendek suara ( tempo) dan tinggi rendahnya suara
(nada).dan pemberhentian sejenak ( jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan
bunyi awal ,akhir, awaql-akhir b) unsure
batiah puisi 1) tema, tema ialah pokokpersoalan yang mendasari atau menjiwai
setiap larik puisi , rasa, rasa ialah sikap pandang penyair terhadap
persoalan., nada , nada adalah sikap penyair terhadap penikmat karyanya, amanat
ialah pesan, nasehat, pituah yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya yang
baiksecara lans7ung atau tidak lansung.
E. PUISI SASTRA
Dalam kehidupan masyarakat sastra
mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1. Fungsi
rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi
peningmat atau pembacanya.
2. Fungsi
didaktif, yaitu: sastra mampu mengatakan atau mendidik pembacanya karena
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
3. Fungsi
estertis, yaitu : sastra yang mapu memberikan keindahan bagi penikmat
/pembacanya karena sifat keindahannya.
4. Fungsi
moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/ pemunatnya
sehingga tahu moral yang baik dan buruk kerena satra yang baik selalu
mengandung moral tinggi.
5. Fungsi
regiligius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung
ajaran-ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat /pembaca satra.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa sastra sastra memiliki funsi untuk menyampaikan dan menampung
ide , teori system , berfikir , pengalaman , keindahan manusia, fungsi
rekreatif, didaktif, estetis, moralitas dan regiligius.
F. JENIS SASTRA
Aristoles dalam
tulisannya yang berjudul poetika meletakkan dasar studi jenis satra. Ia sadar
bahwa karya satra dapat digolongkan menurut berbagai kriteria, menurutnya ada
tiga macam criteria yang dapat dijadikan patokan ( berdasarkan satra yunani
klasik, namun teori ini banyak cocoknya untuk satra lain)sebagai berikut (
Teeuw, 1984)
1. Sarana
perwujudnya ( media of representation)
a. Prosa
b. Puisi :
yang satu matra ( contohnya : syair) dan yang lebih dri satu matra ( contoh nya
trategi , kakawin)
(
dalam pembagian ini pada prinsipnya tidak dibedakan antara satra dan bukan
sastra)
2. Objek
perwujudan ( objects of representation ): yang menjadi objek pada prinsipnya
manusia, tetapi ada tiga kemungkinan :
a. Manusia
rekaan lebih agaung dari manusia nyata :tragedy, epic hemorud , cerita panji.
b. Manusia
rekaan lebih hina dari manusia nyata: komedi , lenong
c. Manusianrekaan
sama dengan manusia nyata : cleophon ( bila ketka iu sudah ada roman pastilah
masuk kategori ini)
3. Ragam
perujudannya ( manner of poetic representation):
a. Tesk
sebagian terdiri dari cerita , sebagian disajikan malalui ajaran tokoh (
dialog)
b. Yang
berbicara vsi aku lirik penyair : lirik
c. Yang
berbicara para tokoh saja : drama.
Menurut Culler pada asasnya fungsi konfensi jenis
satra ialah mengadakan perjanjian antara penulis dan pembaca, agar terpenuhi
harapan tertentu yang relevan dan dengan demikian sekaligus penyesuain dengan
dan penyimpangan dari ragam keterpahaman yang telah diterima. Menurut Claudio
guillen , jenis satra adalah undangan atau tantangan untuk melahirkan wujud.
Konsep jenis memandang kedepan dank e belakang sekaligus . kebelakan ke karya
satra yang sudah ada dan kedepan ke calon penulis. Menurut Todorov , setiap
karya agung , perdefinisi , menciptakan jenis satra sendiri . setiap karya
agung menerapkan terwujudnya dua jenis, kenyataan dan norma , norma jenis yang
dilampauinya yang mengusai sastra sebelumnya dan norma jenis yang diciptakannya
. demikian juga menurut Hans Robert Jausz , bahwa jenis sastra pernefinisi
tidak bisa hidup untuk selamanya , karya agung juga justru melampaui batas
konvensi yang berlaku dan membuka kemungkinan baru untuk perkembangan jenis
sasta bukan lah system yang beku , kaku,
tetpi berubah terus , luwes dan lincah. Peneliti sastra harus mengikuti
perkembangan itu dalam penelitianya.
G. unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra
Karya sastra disusun oleh dua unsure yang menyusunya
. dua unsure yang dimaksud adalah unsure insrintik dan unsur eksrinsik ialah
unsure yang menyusun sebuah karya dari dalam yang mengujudkan struktur suatu
karya sastra dari luarnya menyangkut aspek spikologi , sosiologi dan lain-lain.
1. Unsure
insrintik
a. Tema
dan amanat
Tema ialah prsoalan yang menduduki
tempat utama dalam karya satra . tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan
jadi persoalan. Tema minor adalah tema yang tidak menonjol. Amanat adalah pemecahan
yang diberikan pengarang bagi persoalan didalam karya sastra.
b. Tokoh
dan penokohan
Tokoh ialah peaku dalam karya satra . dalam karya
satra biasanya ada beberapa para tokoh yang sangat penting dalam mengambil
peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar dan tokoh bulat.
Tokoh datar adalah tokoh yang hanya menu njukan satu segi, misalnya baik saja
dan buruk saja . sejak awal dan sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat . tokoh bulat adalah
tokoh yang menujukan berbagai segi baik buruknya, kelebihan, kelemahannya jadi
ada perkembngan yang terjadi pada tokoh ini.
Ada beberapa cara menampilkan tokoh . cara anlitik
ialah cara penampilan tokoh secara lansung melalui uraian pengarang, jadi
pengarang menguraikan cirri-ciri tokoh tersebut secara lansung. Cara dramatik
ialah cara menampilkan tokoh tidak secara lansung tetapi melalui gambaran
ucapan, perbuatan dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dala suatu
cerita.
c. Alur
dan pengaluran
Alur di sebut juga plot yaitu rangkaina
peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi suatu kesatuan
yang utuh dan terdiri atas beberapa bagian :
1. Awal,
yaitu : pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya
2. Tikaian,
yaitu : terjadi konfik antara tokoh –tokoh pelaku.
3. Gawatan
dan rumitan, yaitu konfil tokoh-tokoh semangkin seru
4. Puncak
yaitu saat puncak konflik antara tokoh-tokohnya
5. Leraian,
yaitu: peristiwa konflik semangkin reda perkembangan alur mulai terungkap .
6. Akhir
yaitu seluruh peristiwa setelah terselesaikan
Pengaluran yaitu teknik atau cara
menampilkan alur, menurut kualitasnya ,
pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longer. Alur erat adalah alur
yang tidak memingkinkan terjadinya pencabnagan cerita. Sedangkan alur longgar
adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita.
d. Latar
dan pelataran
Latar disebut juga setting yaitu
tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa ang terjadi dalam sebuah karya
sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan latar social .
latar material adalah lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh
desebut berada. Latar social adalah lukisan tatakrama tingkah laku adat dan
pandangan hidup. Sedangkan pelaratan ialah teknik atau cara-cara menampilka
latar
e. Pusat
pengisahan
Pusat pengisahan adalah dari mana
suatu cerita tersebut di kisahkan oleh pencerita. Pencerita disini adalah
pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita.
2. Unsure
ekstrinsik
Tidak
ada sebuah karya satra yang tumbuh otonom , tetapi selalu pasti berhubungan secara
ekrintik dengan latar sastra , dengan jumlah factor kemasyarakatan seperti
stradisi sastra , kebudayaan lingkungan
, pembaca sastra , serta kejiwaan mereka. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa unsure ekrinsik diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat serta sosiologi ,
spuikologi, filsafat dan lain-lain.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra merupakan kreasi seni yang didalam mengandung
kelenturan bahsa yang indah dan memiliki makna terserirat dari setiap
kata-katanya. Sastra Indonesia mengalami perkembangan dari zaman ke zaman .
secara urutan waktu karya sastra terbagi atas beberapa angkatan yaitu: pujangga
lama, sastra melayu lama, angkatan balai pustaka, pujangaga baru, angkatan ’45,
anfkatan’50. Angkatan ‘766-77, dasarwarsa 80-an, angkatan repormasi.
Sastra memiliki fungsi untuk meyampaikandan
menampung ide, teori, system berfikir pengalaman keindahan manusia, fungsi
krekreatif, didaktif, moralitas dan religious.. karya sastra disusun oleh dua
unsur yaitu unsure insrintisik dan unsure eksrinsik.
Kaya sastra Indonesia menurut zaman
pembuatan karya sastra dapat dibagi menjadi 2 yaitu: karya satra lama, dan
karya sastra baru. Karya sastra lama yaitu: karya sastra yang lahir dalam
masyarakat lama. Yaitu masyarat yang memegang adat istiadan yang berlaku di
daerahnya.
0 comments:
Post a Comment