Monday, October 31, 2016

Makalah Sastra Indonesaia



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kehidupan suatu masyarakat dalam kurun tertentu tercermin pada karya sastra yang lahir pada kurun waktu itu. Oleh karena itu, kemajuan sastra merupakan perlambang kemajuan kehidupan masyarakat pendukungnya, bahkan sastra menjadi diri identitas suatu bangsa. Melalui sastra orang dapat mengidentifikasi perilaku  dan karakter bahkan dapat mengenali budaya masyarakat pendukungnya. Sastra Indonesia merupakan cermin kehidupan masyarakat Indonesia dan identitas bangsa Indonesia.
            Sastra merupakan bidang kajian yang begitu banyak mengandung bidang pandang. Sastra bagi sebagian orang dinilai sebagai kreasi seni yang mengandung nilai luhur, nilai moral yang berguna untuk mendidik anak. Sedangkan bagi sebagian orang lainnya, sastra dinilai sebagai kreasi seni yang didorong oleh gejolak batin yang bersifat individual. Pandangan ini tidak salah karena memang pada kenyataannya sastra memiliki aneka sifat dan wajah.
            Sastra dapat dilahirkan karena berbagai fenomena yang dipadu dengan wawasan dan ketajaman imajinasi serta kepekaan estetika. Biasanya karya sastra berbicara tentang interaksi social yang kurang tepat, dan merupakan protes terhadap suatu yang dinilai social yang tidak sesuai. Untuk melahirkan suatu karya sastra yang bermutu seorang harus mendapat latihan sejak dini yaitu sejak usia SD dan pengetahuan tentang pengertian sastra dan pembagian sastra serta karakteristik dari sastra itu sendiri. Selain itu, untuk usia SD hendaklah dibelajarkan mengenai sastra dan bagaimana cara untuk melahirkan sebuaha karya sastra.


B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan sastra?
2.      Bagaimana pembagian sastra di Indonesia?
3.      Bagaimanakah perkembangan sastra di Indonesia?
4.      Apa saja yang termasuk apresiasi sastra?
5.      Apa fungsi sastra bagi masyarakat
6.      Apa saja yang termasuk unsure instrinsik dan ekstrinsik sastra?
C.    Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan sastra dan pembagian sastra di Indonesia. Secara khusus tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan:
1.      Pengertian sastra
2.      Pembagian sastra
3.      Perkembangan sastra
4.      Apresiasi sastra
5.      Fungsi sastra bagi masyarakat
6.      Unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra
D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi penulis
Untuk mengetahui apa sebenarnya sastra dan bagaimana perkembangan dan pembagian sastra sehingga memudahkan dalam pembelajarannya di sekolah .
2.      Bagi pembaca
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai bahan referensi tentang sastra.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Sastra
Secara etimiologis menurut Teeuw (dalam Atmazaki 2005:20) sastra merupakan bahan banding, kata sastra dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa sansekerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan”, mengajar, member petunjuk atau instruksi. Akhiran –tra biasanya menunjuk alat, sarana,. Maka dari itu sastra dapat berarti “alat untuk mengajar,buku petunjuk, buku instruksiatau pengajaran”, misalnya silpasastra, buku arsitektur, kamasutra, buku petunjuk mengenai seni cinta. Awalan su- berarti “baik”, indah, sehingga susatra dapat dibandingkan dengan belles-letter.
Menurut Zainuddin (1992:99) sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusasteraan. Standar bahasa yang dimaksud adalah penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik. Sedangkan kesusasteraan adalah karya seni yang pengungkapannya baik dan diwujudkan dengan bahasa yang indah. Menurut Usman Effendi (dalam Zainuddin 1992:99), kesusasteraan atau sastra adalah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang dapat menimbulkan rasa bagus.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan kreasi seni yang di dalamnya mengandung kelenturan bahasa yang indah dan memiliki makna tersirat dari setiap kata-katanya.

B.     Pembagian Sastra
            Menurut Sadikin (2010:14),” karya sastra Indonesia menurut zaman pembuatan karya sastra dapat dibagi menjadi 2, yaitu: (1) karya sastra lama, (2) karya sastra baru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian berikut:
1.      Karya Sastra Lama
      Karya sastra lama yaitu karya sastra yang dilahirkan dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang belaku di daerahnya. Karya sastra lama ini biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Satra lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Terikat oleh kebiasaan dan adat masyarakat
b.      Bersifat istana sentries
c.       Bentuknya baku
d.      Biasanya nama pengarang tidak disertakan (anonym)
Bentuk sastra lama Indonesia antara lain:
a.       Pantun
            Menurut sadikin (2010:15) ”Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa nusantara.” Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun tertulis. Lazimnya pantun terdiri atas empat baris, dan bersajak a-b-a-b.
            Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, yang biasanya berkaitan dengan alam dan tidak mempunyai hubungan dengan bagian kedua selain untuk mengantarkan sajak. Sedangkan isi adalah dua baris terakhir yang mempunyai tujuan dari pantun tersebut.
1.      Peran pantun
Pantun memiliki peran diantaranya:
a)      Sebagai alat pemelihara bahasa
b)      Sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga agar alur berpikir
c)      Malatih seseorang berpikir tentang makna kata sebelum berujar
d)     Melatih orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain
e)      Sebagai alat penguat penyampain pesan
2.      Struktur Pantun
Struktur pantun sengbagai berikut:
a.       Terdiri dari sampiran dan isi yang ada pada umumnya sampiran tidak berhubungan dengan isi.
b.      Terdiri dari 4 baris.
c.       Bersajak a-b-a-b
d.      Satu baris terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata
3.      Jenis-jenis Pantun
a)      Pantun adat
Contoh:
                                                Menanam kelapa di pulau Batam
                                                Tinggi sedepa sudah berbuah
                                                Adat bermula dengan hokum
                                                Hukum bersandar dengan hukum
b)      Pantun agama
Contoh:
      Bunga kenanga di atas kubur
      Pucuk sari pandan jawa
      Apa guna sombong dan takabur
      Rusak hati nadan binasa


c)      Pantun budi
Contoh:
      Sarat perahu muat pinang
      Singgah berlabuh di Kuala Daik        
     Jahat berlaku lagi dikenang
      Inikan pula budi yang baik
d)     Pantun jenaka
Contoh:
     Buah belimbing buah manggis
     Buah cokelat sebesar mempelam
     Saya tertawa sampai menangis
     Melihat kakak dikejar ayam
e)      Pantun kepahlawanan
Contoh:
     Kata orang menjaring nangka
     Rabung seiris akan pengukusnya
     Kalau orang tercoreng ke muka
     Ujung keris akan penghapusnya
f)       Pantun kias
Contoh:
     Di sana gunung di sini gunung
     Di tengah-tengahnya pulau Jawa
     Wayangnya bingung dalangnya bingung
     Yang penting bisa tertawa
g)      Pantun nasihat
Contoh:
     Makan rujak dicampur anggur
     Ditambah pula buah durian
     Jadi anak harus jujur
     Hidup ceria banyak teman
h)      Pantun percintaan
Contoh:
     Ikan sepat masak berlada
     Kutunggu digulai anak seberang
     Jika tak dapat di masa lalu
     Kutunggu sampai beranak seorang
i)        Pantun peribasa
Contoh:
     Pohon papaya di dalam semak
     Pohon manggis sebesar lengan
     Kawan tertawa memang banyak
     Kawan menangis diharap jangan
j)        Pantun perpisahan
Contoh:
     Kalau ada sumur di lading
     Bolehlah kita menumpang mandi
     Kalau ada umur yang panjang
     Bolehlah kita berjumpa lagi
k)      Pantun teka-teki
Contoh:
     Kalau Tuan bawa keladi
     Bawakan juga si pucuk rebung
     Kalau Tuan bijak bestari
     Binatang apa tandung di hidung    
b.      Gurindam
                  Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Gurindam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Sajak akhir berirama a-a, b-b, c-c, dan seterusnya
2)      Berasal dari Tamil (India)
3)      Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada tiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
c.       Cerita Rakyat
                  Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang menjadi cirri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Contoh cerita rakyat, yaitu Roro Jonggrang, Timun Mas, Si Pitung, Legenda Danau Toba, dan Beribu Kandung Kucing.
Cerita rakyat memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1)      Dianggap sebagai suatu kejadian yang benar-benar terjadi.
2)      Bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh utama dalam cerita rakyat adalah manusia.
3)      Bersifat migration yakni dapar berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah yang berbeda-beda.
4)      Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian tertentu, misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.
d.      Syair
                  Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah Syair berasal dari bahasa Arab yaitu Syi’ir atau Sya’ur yang berarti “perasaan yang menyadari”, kemudian kata syu’ur berkembang menjadi syir’u yang berarti puisi dlam pemgetahuan umuum. Cirri-ciri sya’ir antara lain:
1)      Setiap bait terdiri dari empat baris
2)      Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata
3)      Bersajak a-a-a-a
4)      Semua baris adalah isi
5)      Bahasanya mengenai kiasan
Contoh syair dalam Zainuddin (1992:116):
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu suatu perkataan
Abdul Hamid Syah Paduka Sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsawan muda
Ganti majelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Paras elok amat sempurna
Patah majelis bijk laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina
e.       Hikayat
                  Hikayat adalah cerita pelipur   yang sulit diterima oleh akal dan merupakan cerita rekaan, tetapi memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya. Cirri-ciri hikayat sebagai berikut :
1)      Berisi kisah-kisah kehidupan lingkungan istana (istana sentris)
2)      Banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam
3)      Nama-nama tokoh dipengaruhi oleh nama-nama Arab
4)      Ditemukan tokoh dengan karakter yang di luar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya
5)      Tidak ada pembagian bab atau judul
6)      Juru cerita tidak pernah disebutkan secara eksplisit (anonym)
7)      Sulit membedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif
8)      Banyak menggunakan kosakata yang kini dan tidak lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari
9)      Seringkali menggunakan pernyataan yang berulang-ulang
10)  Peristiwa seringkali tidak logis
11)  Sulit memahami jalan ceritanya
12)  Berkembang secara stetis
13)  Lisan, karena disebarkan lewat mulut ke mulut
14)  Berbahasa klise, meniru bahasa penutur sebelumnya


f.       Dongeng
                  Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan secara turun temurun oleh orang tua kepada anak-anaknya.
g.      Tambo
Tambo berasal dar bahasa sanskerta, tambay yang artinya  bermula. Dalam tradisi masyarakat Minangkabau, tambo merupakan suatu warisan turun temurun yang disampaikan secara lisan. Kata tambo dapat juga bermaksud sejarah, hikayat atau riwayat. Tambo di Minagkabau secara garis besar dibagi dua bagian utama, yaitu:
1)      Tambo alam, yang mengisahkan asal usulu nenek moyang serta tentang kerajaan Minangkabau.
2)      Tambo adat, yang mengisahkan tentang adat, system pemerintahan, dan undang-undang tentang pemerintahan Minangkabau di masa lalu.
2.      Karya Sastra Baru
               Karya sastra baru adalah karya sastra yang telah dipengaruhi oleh adat kebiasaan masyarakat sekitar, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh sastra dari barat atau Eropa. Adapun ciri-ciri karya sastra baru yaitu:
a.       Ceritanya berkisar kehidupan masyarakat
b.      Bersifat dinamis (mengikuti perkembagan zaman)
c.       Mencerminkan kepribadian pengararangnya
d.      Selalu diberi nama sang pembuat karya sastra
Bentuk karya sastra baru antara lain:
a.       Roman
                  Kata roman berasal dari bahasa Perancis “romanz” abad ke-12, serta dari ungkapan bahasa latin yaitu “lingua romana”, yang dimaksudkan untuk semua karya sastra dari golongan rakyat biasa. Roman adalah sebuah karya gambaran dunia yang diciptakan oleh pengarangnya, yang di dalamnya menampilkan keseluruhan hidup suatu tokoh beserta permasalahannya, terutama dalam hubungan dengan kehidupan sosialnya. Ciri-ciri roman antara lain:
1)      Biasanya bercerita tentang seorang tokoh dari tokoh itu hidup sampai tokoh itu meninggal
2)      Karakter tokoh yang disampaikan secara mendetail
3)      Memiliki alur yang kompleks
b.      Novel
                  Novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat. Sebuah novel memliki beberapa ciri yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk mengetahui apakah novel atau bukan. Adapun cirri-ciri novel sebagai berikut:
1)      Jumlah kata lebih dari 35.000 buah
2)      Jumlah waktu rata-rata yang dipergunakan buat membaca novel yang paling pendek diperlukan waktu minimal 2 jam atau 120 menit
3)      Jumlah halaman novel minimal 100 halaman
4)      Novel bergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku
5)      Novel menyajikan lebih dari satu impresi, efek dan emosi
6)      Skala novel luas
7)      Seleksi pada novel lebih luas
8)      Kelajuan pada novel kurang cepat
9)      Unsur-unsur kepadatan dan intensitas dalam novel kurang diutamakan
c.       Cerpen
                  Cerpen merupakan cerita pendek yang biasanya habis dibaca sekali duduk saja. Di dalam cerpen, cerita disajikan dari awal hingga akhir secara tuntas.
d.      Drama
                  Drama yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama adalah salah satu cabang seni sastra yang mementingkan dialog, gerak dan perbuatan, serta penggarapannya dimulai dari penulisan hingga pementasan (Tarigan, 2011:72). Drama terdiri dari unsure-unsur sebagai berikut:
1)      Tema
2)      Alur
3)      Latar
4)      Tokoh dan penokohan
5)      Amanat
6)      Dialog
Dalam setiap lakon, dialog haruslah memenuhi dua hal yaitu:
a)      Dialog harus dapat mempertinggi nilai gerak
b)      Dialog haruslah baik dan bernilai tinggi
Menurut Tarigan (2011:84) drama menurut jenisnya dapat dibagi menjadi 4, yaitu: “(1) tragedy, (2) komedi, (3) melodrama, (4) farce.
e.       Puisi
1)      Pengertian Puisi
            Puisi merupakan ungkapan emosi atau perasaan seseorang. Menurut zainuddin (1992:100) puisi merupakan karya sastra yang terikat ketentuan atau syarat tertentu dan pengungkapannya tidak terperinci, tidak mendetail dan tidak meluas. Isinya tidak sampai pada hal-hal yang kecil dan tidak sejelas karya sastra yang berbentuk prosa. Slanjutnya menurut Sayuti (dalam Sadikin, 2010:23) “puisi adalah pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dar kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.”
            Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karangan yang disusun dengan konsentratif yang mengungkapkan pengalaman, emosional, dan intelektual, yang diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga membangkitkan pengalaman tertentu pada diri pembaca atau pendengar.
2)      Unsur-unsur puisi
            Puisi tersusun oleh beberapa unsure. Menurut Hartoko (dalam Sadikin, 2010:23) puisi terdiri dari dua unsure, yaitu “unsur tematik atau unsur semantic puisi, dan unsur sintaksis puisi.” Unsur tematik atau unsure semantik puisi menuju kea rah struktur batin. Stktur batin adalah makna yang terkandung dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati. Struktur batin terdiri dari:
a)      Tema
Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema puisi merupakan kombinasi atau sintesa dari berbagai macam pengalaman, cita-cita, ide, dan bermacam-hal yang ada dalam pikiran penulis.
b)      Perasaan
Perasaan maksudnya perasaan penyair yang ikut terekspresikan ke dalam puisi
c)      Nada (Irama) dan Suasana
Nada atau irama adalah pengulangan bunyi atau kata yang berulang-ulang dan tersusun rapi. Susunan irama akan terlihat alamiah dan menyenangkan apabila  dak monoton dan mendapat penekanan-penekanan tertentu sehingga dapat menimbulkan suasana sesuai isi puisi tersebut.
d)     Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca melalui puisi yang ditulisnya.
      Sedangkan, unsur sintaksis mengarah pada struktur fisik puisi. Struktur fisik adalah struktur yang bisa dilihat melalui bahasa yang tampak. Struktur fisik terdiri dari:
a.       Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan dalam menulis puisi.
b.      Pengimajian dan pencitraan
Pengimajian digunakan untuk menjelaskan apa yang hendak dikemukakan penyair. Pengimajian atau citraan mencakup citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, citraan rasaan, citraan rabaan.
c.       Kata kongkret
Adanya kata konkret dalam puisi bertujuan agar makna lebh jelas.
d.      Bahasa figuratif  atau majas
Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan kondisi tertentu. Bahasa figuratif atau majas menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna. Majas-majas yang digunakan seperti: smile, metafora, personifikasi, hiperbola, litotes, ironi, metonimia, sinekdok, eufisme, repetisi, pleonasma, klimaks,  antiklimaks.
e.       Verifikasi
f.       Tata wajah
C.    Perkembangan Sastra Indonesia
                     Sastra Indonesia mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Secara urutan waktu sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yaitu angkatan balai pustaka, pujangga baru, angkatan ’45, angkatan 50-an, angkatan 60-70an, dasawarsa 80-an, angkatan reformasi (Sadikin, 2010:44-59). Beberapa angktan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Angkatan balai pustaka
               Angkatan balai pustaka merupakan karya sastra di Indonesia sejak tahun 1920-1950 yang dipelopori oleh penerbit balai pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa, yaitu: bahasa Melayu-Tinggi, bahas jawa, dan bahasa sunda dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Adapun pengarang dan karya sastra angkatan balai pustaka antara lain:
a.       Marah Rusli dengan karyanya roman Siti Nurbaya
b.      Nur Sutan Iskandar dengan karyanya roman Katak Hendak Menjadi Lembu
c.       Abdul Muis dengan karyanya roman Salah Asuhan
d.      Muhammad Yamin dengan kumpulan puisinya Tanah Air
e.       Rustam Effendi dengan karyanya kumpulan puisi Percikan Permenungan
2.      Pujangga Baru
               Pujangga baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh balai pustaka terhadap karya sastra tulis dan sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa
Nasionalisme dan kesadaran bangsaan. Sastra pujangga baru adalah sastra intelektual, nasionalisme, dan elistik menjadi “ bapak” sastra modern Indonesia.karya sastra di Indonesia setelah zaman balai pustaka dipelopori oleh Sultan Takdir Alisyahbana.
            Berikut angkatan pujangga baru/ decade 30-an dengan tokoh –tokohnya:
a.       Sultan takdir ali syahbana dengan karyanya roman layar  kembang dan kumpulan puisi Tebaran Mega
b.      Amir amzah dengan kumpulan pisi buah rindu dan nyanyi sunyi
c.       Armijin pane dengan karyanya roman belenggu
d.      Sanusi pane dengan kumpulan pisinya madah kelana dan dramanya manusia baru
e.       Y.E takengeng dengan kumpulan puisinya rindu dendam


3. angkatan ‘45
            Karya satra angkatan 45 lebih relistik debanding karya satra angkatan pujian baru yang romantic –idealistik. Karya satra angkatan ini diwarnai pengalaman hidup dan gejolak social, politik dan budaya .adalapun penulis karya angkatan ’45 yaitu :
a.       Khairil anwar dengan kumpulan puisinya deru campur debu
b.      Usman ismail dengan dramanya citra
c.       Elhakim dengan dramanya taufan diatas asia
d.      Achdiat kartamihadja dengan romanya atheis
e.       Pramudya ananta toer dengan kumpulan cerpen percikan revolusi
4. angkatan ’50-an
            Angkatan ‘50an ditandai dengan terbitnya majalah satra kisah asuh H.B Jassin .ciri angkatan ini adalah karya satra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi .adapun penulis dan karya sastra angkatan 50-an sebagai berikut :
a.       Ajib rasidi dengan novelya sebuah rumah buat hari tua
b.      Muctar lubis engan novelnya jalan tak ada ujung
c.       Nh. Dini dengan novelnya hati yang damai
d.      Rendra dengan kumpulan puisinya balaa orang-orang tercinta
5. angkatan 60-70-an
Angkatan Ini Ditandai Dengan Terbitnya Majalah Sastra Horison berupa satrawan pada angkatan 66yaitu sebagai berikut :
a.       Taufik ismail dengan kumpulan piuisi tirani dan benteng
b.      Saperdi dhoko damono dengan kumpulan puisinya dukamua abadi
c.       Bur rasuanto dengan kumpulan puisnya merdeka teah bangkit
d.      Hartoyo andang jayadengan kumpulan pisiya buku puisi
6. angkatan 70-an-80-an
a.       Sutarji calzoum bachri dengan kumpulan puisi amuk kapal
b.      Iwan simatupang dengan novelnya ziarah
c.       Danarto dengan cerpennya godlob
d.      Umar kayam dengan novelnya para priyai
7. satra mutakhir (periode 90-an dan periode 2000)
            Memasuki era reformasi yang sangat anti KKN dan praktik-praktik otoriter penuh kekbesan ekpresi dan pemikiran mengandung renungan dan reguilitas dan nuasa-nuasa sufistik.
a.       Emha ainum najib dengan kumpulan puisinya sesobek buku harian Indonesia dan drama lautan jilbab
b.      Seno gumira ajidarma dengan kumpulan cerpenya ibllis tidak pernah mati
c.       Ayu utama dengan nobvelnya saman dan larung
d.      Jenar mahesa ayu dengan kuumpulan cerpennya mereka bilang saya monyet
e.       Afrizal malna dengan kumpulan puisinya abad yang berlari

D. APRESIASI SATRA
1.      Defenisi Apresiasi Sastra
Pengertian apresiasi sastra yang ada sampai sekarang sangatberaneka ragam. Keanekaragaman ini disebabkan oleh beberapa hal, pertama, apresiasi satra memang merupakan fenomena unik dan rumit. Kedua, terjadinya perubahan dan pengembangan pikiran tentang apresiasi satra. Ketiga, adanya perbedaan penyikapan dan pendekatan terhadap hakikat apresiasi satra. Keempat, adanya perbedaan kepentingan diantara oprang yang satu dengan orang lain, halini disebankan karena merumuskan pengertian apresiasi satra menurut kepentingan masing-masing tanpa menhiraukan dan mengindahkan apresiasi satra secara utuh dan lengkap.
Apresiasi satra ialah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasrkan atas pemahaman ( Panuti dalam Suyarno 2009:31).
Apresiasi satra adalah kegiatan mengauli cipta rasa satra dengana sunguh-sunguh sehingga timbul pengertian , penghargaaan dan kepekaan pikiran kritisdan kepekaan yang baik terhadap karya sastra (S.Efenndi dalam Suyarno 2009:33)
Apresiasi satra adalah penaksiran kualitas karya satra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengmaatan dan penglaman yangs adar dan kritis ( H.G Tarigan dalam Suyarno 2009:33).
Jadi dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah penghargaan, peniilaian , pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi mauun prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh sunguh sehingga tumbubpengertian , penghargaan , kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan yang baik terhadap karya satra. Untuk pengertian sastra anak yaitu : 1. Sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usia nya remaja atau dewasa, isi dan bahsanya mencerminkan corak kehidupan dan kesehariana anak. 2. Satra anak-naka adalah sastra yang di tulis oleh pengarang yang usianya masih tergolong anak-anak yang isi bahsa nya mencerminkan corak kehidupan dan keprobadian anak. Dengan demikian, satra anak-anak dapat satra anaa-anak dapat dikatakan bahwa suatu satra yang bahsanya menjerminka  corak kehidupan dan kepribadian anaak. Bak ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa maupun yang masih anak-anak. Karya satra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puis dan prosa melaikan juga bentuk drama . pengertian apresiasi satra anaknaak merupkan serangkaian kegiatan bermain dengan satra anak-anaka sehingga muncul pengertian ketepata dan ketelitian pemahamana  kepekaan perasaan dan penghargaan yang baik dalam diri anak terhadapa satra anak-anak .
2.      Tujuan apresiasi satra
Apresiasi menpuinyai suatu tujuan saja yaitu membangun dunia perjumpaan yang memungkinkan adanya dunia percakapan sehingga terselenggara penjamuan-penjamuan dan percakapan-percapana antara manusia pengapsesi dan sastra yang diapresiasi  (Saryono 2009:52). Didalam penjamuan dan percapan inilah dunia kewacanaan yang mudatis mutandis sastra menawarkan , menyuguhkan dan menghidangkan suatu kepada manusia pengapresiasi boelh dan bisa menerima. Dan memperoleh sesuatu itu. Sesuatu yang dimaksud disini setidak tidaknya dapat diplih menjadi empat macam yaitu pengalaman, pengetahuan, kesadaran dan hiburan.
a.       Pengalaman
Segala suatu yang oleh, dapat dan mungkin dialami oleh manusia selama hidup didunia fana ini dapat disebut pengalam manusia .
b.      Pengetahuan
Pengetahuan berbea dengan pengalaman meskipun sudah melewati proses pengedapan dan pengonseptualan pengalamna  bisa menjadi pengetahuan . pengetahuan lebih konseptul, kognitif ( baik tak sadar maupun sadar) dan difkursif dibandingkan dengan pengaman yang naratif , ekpresif dan supjektif.
c.       Kesadaran
Disamping menhidangkan pengalan –pengalaman pengetahuan-pengatuhuan , apresiasi satra juga menghidangkan dan membrikan kesadaran kepada pengapresiasinya.
d.      Hiburan
Satra juga menhidangkan hiburan karena sastra apapun ( puisi, fiksi dan satra gramik di ubah secara jujur dan sunguh –sunguh selalu menhibur dan memancarkan sinyal- sinyal permainan.
Yang menyebnagkan dan menghibur.
3.      Apresiasi satra anak-anak secara reseptif
Apresiasi satra anak-anak secara reseptif adalah penghargaan ,penilaian, dan pengertian terhadap karya satra anak-anak, bauk yang berbentuk puisi maupun yang berbentuk prosa yang dapat dilakukan dengana cara membaca, medengarkan, dan menyaksikan pementasan drama.
            Adapun beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiakan satra anak-anak secara reseptif diantaranya sebagai berikut :
a.       Pendekatan emotif
Pendekatan emotif dalah endektan yang mengarahkan pembaca untuk mampu menemuka dan menikmat nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya satra tertentu baik dari segi bentuk maupun dari segi isi . menurud aminuddin (2004:420 mengemukan bahwa pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menekukan unsure- unsure yang mengajak emosi atau perasaan pembaca. Ajuan emosi ini berhubungan dengan keindahan isi atau gagasan yang lucu atau menarik.
b.      Pendekatan didastik
Pendekatan didastik mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat, pepatah, nasihat pandangan keagamnan yang sarat dengan nulai-nilai yan dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.aminuddin ( 2004 :47) mengemukan bahwa pendekatan dinastik adalah suatu pendekatan yang beusaha menekukan dan memahami gagasan , tangpan evaluative maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam pandangan etis filosofis maupun agamais sehingga akan mapu memperkaya kehidupan kerohaniah pembaca.
c.       Pendekatan anlitis
Aminuddun (2004:44) mengemukan bahwa pendekatan analistis merupakan pendekaqtan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan , cara pengarang menampilkan gagasan , sikap mengarang unsure insrntik dan hubungan antara elemen sehingga adapat terbentuk keselaran dan kestuan adalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan makna nya.namun demikian , penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran satra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkn diatas . dianggap telah memadai jika telah dapat mengukapkan unsure-unsur yang membangun karya satra yang dibaca dan dapat menunjukan hubungan antara unsure yang saling mendukung atau saling bertentanan  serta mamou memperkya pengalaman rohaniah. Aminuddin (2004) mengemukan bahwa unsure dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar, alur penokohan dan titik pandang dan gaya.
4.      Apresiasi satra anak-anka secara produktif
Apresiasi produktif adalah apresiasi karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan pencintaan . dalam hubunganya dalam apresiatif produktif , pengapresiasi dituntut mengahsilkan karya sastra , dan esai. Aa beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra naka-anak secara produktif diantaranya sebagai berikut :
a.       Pendekatan parafrastis
Paraphrase merupka salah satu keterampilan yyang dapat meningkatan apresiasi sastra sisw . melalui paraphrase siswa melatih mengubah bentuk karya satra tertentu menjadi bentuk karya sastra yang lain tanpa mebgubah bentuk karya satra tertentu menjadi bentuk karya satra yang lain tampa mengubahn tema atau gagasan pokoknya. Aminuddin (2004) menjelaskan bahwa paraphrase adaah stategi pemahaman makna suatu bentuk karya dengan cara mengukapkan kembali karya pengarang tertentudengan mengunkan kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang. Disamping iti aminuddin (2004) megemukan bahwa pendekatan paraftis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa : a) pengubahan bentuk karya satra tertentu kedalam bentuk karya satra yang lain akan semangkin meningkatakan keluasan dan ketajaman keluasan membaca. Yang bersangkutan. b). gagasan tersebut dapat dikemukan dalam bentuk yang berbeda c) symbol konotatif dapat diganti dengan kata yang lebih kongrit dan mudah dipahami d) pengukapoan yang eliptif dapat ditambah sehingga semangkin lengkaopa dan mudah dimengerti I.G.P Antara (1985) mengemukan bahwa teknik memparafasekan puisi menjadi prosa dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu teknik larik, teknik bait, teknik global.
b.      Pendekatan anlistis
Pendekatan anlistis merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsure-unsur intrinrik yang membangun suatu karya sastra tertentu dan hubungan antar unsure yang satu dengan yanga liannya sebagai seutu kesatuan yang utuh (Aminuddin, 2004) menurut I.A Richard (dalam Situmorang , 1980) ada dua hal pook yang membangun puisi yaitu : hakikat puis dan metode puisi . hakikat puisi meliputi tema, rasa dan nadadan amanat sedangkan diksi , gaya bahasa, kata konkret , gaya bayanga, irama dan rima. Hubungan keduanya erat dengan erat oleh Tarigan (1989) seperti hungan jiwa dan tubuh. Sehingga kahikat puisi dapat disebut sebagai unsure batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsure  lahiriah puisi, a)unsure lahiriah (metode puisi) 1) diksi, diksi merupakan kemmpuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya.yang sesuai dalam suatu kajian yang harmonis dan artistic sehingga sejalan dengan maksud pouisinya.baik secara denotative maupun secara konotatifnya. 2) gaya bahasa, gaya bahasa adalah gaya tertentu yang dimaksud penyair untuk menciptakan kesan tertentu daya bayang dan nilai keindahan . 3) kata kongkrit, kata konkret ialah pemakaian kata yang dapat mewakili suatu pengertian secara konkret dapat melih kata yang khusus, bukan yang umum. 4) daya baying, daya baying ialah kemampuan penyair mendeskripsikan atau melukiskan suatu benda atau suatu peristiwa sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan benda atau mengaami peristiwa tersebut. 5) irama dan rima irama adalah berkaitan dengan kelembutan suara (tekanan), panjang pendek suara ( tempo) dan tinggi rendahnya suara (nada).dan pemberhentian sejenak ( jeda) dan lainnya. Rima adalah persamaan bunyi awal ,akhir, awaql-akhir  b) unsure batiah puisi 1) tema, tema ialah pokokpersoalan yang mendasari atau menjiwai setiap larik puisi , rasa, rasa ialah sikap pandang penyair terhadap persoalan., nada , nada adalah sikap penyair terhadap penikmat karyanya, amanat ialah pesan, nasehat, pituah yang disampaikan oleh penyair dalam karyanya yang baiksecara lans7ung atau tidak lansung.
E. PUISI SASTRA
            Dalam kehidupan masyarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1.      Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi peningmat atau pembacanya.
2.      Fungsi didaktif, yaitu: sastra mampu mengatakan atau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
3.      Fungsi estertis, yaitu : sastra yang mapu memberikan keindahan bagi penikmat /pembacanya karena sifat keindahannya.
4.      Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/ pemunatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk kerena satra yang baik selalu mengandung moral tinggi.
5.      Fungsi regiligius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran-ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat /pembaca satra.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra sastra memiliki funsi untuk menyampaikan dan menampung ide , teori system , berfikir , pengalaman , keindahan manusia, fungsi rekreatif, didaktif, estetis, moralitas dan regiligius.
F. JENIS SASTRA
Aristoles dalam tulisannya yang berjudul poetika meletakkan dasar studi jenis satra. Ia sadar bahwa karya satra dapat digolongkan menurut berbagai kriteria, menurutnya ada tiga macam criteria yang dapat dijadikan patokan ( berdasarkan satra yunani klasik, namun teori ini banyak cocoknya untuk satra lain)sebagai berikut ( Teeuw, 1984)
1.      Sarana perwujudnya ( media of representation)
a.       Prosa
b.       Puisi  : yang satu matra ( contohnya : syair) dan yang lebih dri satu matra ( contoh nya trategi , kakawin)
( dalam pembagian ini pada prinsipnya tidak dibedakan antara satra dan bukan sastra)
2.      Objek perwujudan ( objects of representation ): yang menjadi objek pada prinsipnya manusia, tetapi ada tiga kemungkinan :
a.       Manusia rekaan lebih agaung dari manusia nyata :tragedy, epic hemorud , cerita panji.
b.      Manusia rekaan lebih hina dari manusia nyata: komedi , lenong
c.       Manusianrekaan sama dengan manusia nyata : cleophon ( bila ketka iu sudah ada roman pastilah masuk kategori ini)
3.      Ragam perujudannya ( manner of poetic representation):
a.       Tesk sebagian terdiri dari cerita , sebagian disajikan malalui ajaran tokoh ( dialog)
b.      Yang berbicara vsi aku lirik penyair : lirik
c.       Yang berbicara para tokoh saja : drama.
Menurut Culler pada asasnya fungsi konfensi jenis satra ialah mengadakan perjanjian antara penulis dan pembaca, agar terpenuhi harapan tertentu yang relevan dan dengan demikian sekaligus penyesuain dengan dan penyimpangan dari ragam keterpahaman yang telah diterima. Menurut Claudio guillen , jenis satra adalah undangan atau tantangan untuk melahirkan wujud. Konsep jenis memandang kedepan dank e belakang sekaligus . kebelakan ke karya satra yang sudah ada dan kedepan ke calon penulis. Menurut Todorov , setiap karya agung , perdefinisi , menciptakan jenis satra sendiri . setiap karya agung menerapkan terwujudnya dua jenis, kenyataan dan norma , norma jenis yang dilampauinya yang mengusai sastra sebelumnya dan norma jenis yang diciptakannya . demikian juga menurut Hans Robert Jausz , bahwa jenis sastra pernefinisi tidak bisa hidup untuk selamanya , karya agung juga justru melampaui batas konvensi yang berlaku dan membuka kemungkinan baru untuk perkembangan jenis sasta bukan lah system yang beku  , kaku, tetpi berubah terus , luwes dan lincah. Peneliti sastra harus mengikuti perkembangan itu dalam penelitianya.
G. unsur instrinsik dan ekstrinsik sastra
Karya sastra disusun oleh dua unsure yang menyusunya . dua unsure yang dimaksud adalah unsure insrintik dan unsur eksrinsik ialah unsure yang menyusun sebuah karya dari dalam yang mengujudkan struktur suatu karya sastra dari luarnya menyangkut aspek spikologi , sosiologi dan lain-lain.
1.      Unsure insrintik
a.       Tema dan amanat
Tema ialah prsoalan yang menduduki tempat utama dalam karya satra . tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan jadi persoalan. Tema minor adalah tema yang tidak menonjol. Amanat adalah pemecahan yang diberikan pengarang bagi persoalan didalam karya sastra.

b.      Tokoh dan penokohan
Tokoh ialah peaku dalam karya satra . dalam karya satra biasanya ada beberapa para tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar adalah tokoh yang hanya menu njukan satu segi, misalnya baik saja dan buruk saja . sejak awal dan sampai akhir cerita tokoh yang  jahat akan tetap jahat . tokoh bulat adalah tokoh yang menujukan berbagai segi baik buruknya, kelebihan, kelemahannya jadi ada perkembngan yang terjadi pada tokoh ini.
Ada beberapa cara menampilkan tokoh . cara anlitik ialah cara penampilan tokoh secara lansung melalui uraian pengarang, jadi pengarang menguraikan cirri-ciri tokoh tersebut secara lansung. Cara dramatik ialah cara menampilkan tokoh tidak secara lansung tetapi melalui gambaran ucapan, perbuatan dan komentar atau penilaian pelaku atau tokoh dala suatu cerita.
c.       Alur dan pengaluran
Alur di sebut juga plot yaitu rangkaina peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh dan terdiri atas beberapa bagian :
1.      Awal, yaitu : pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya
2.      Tikaian, yaitu : terjadi konfik antara tokoh –tokoh pelaku.
3.      Gawatan dan rumitan, yaitu konfil tokoh-tokoh semangkin seru
4.      Puncak yaitu saat puncak konflik antara tokoh-tokohnya
5.      Leraian, yaitu: peristiwa konflik semangkin reda perkembangan alur mulai terungkap .
6.      Akhir yaitu seluruh peristiwa setelah terselesaikan
Pengaluran yaitu teknik atau cara menampilkan alur, menurut  kualitasnya , pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longer. Alur erat adalah alur yang tidak memingkinkan terjadinya pencabnagan cerita. Sedangkan alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita.
d.      Latar dan pelataran
Latar disebut juga setting yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa ang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan latar social . latar material adalah lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh desebut berada. Latar social adalah lukisan tatakrama tingkah laku adat dan pandangan hidup. Sedangkan pelaratan ialah teknik atau cara-cara menampilka latar
e.       Pusat pengisahan
Pusat pengisahan adalah dari mana suatu cerita tersebut di kisahkan oleh pencerita. Pencerita disini adalah pribadi yang diciptakan pengarang untuk menyampaikan cerita.

2.      Unsure ekstrinsik
Tidak ada sebuah karya satra yang tumbuh otonom , tetapi selalu pasti berhubungan secara ekrintik dengan latar sastra , dengan jumlah factor kemasyarakatan seperti stradisi  sastra , kebudayaan lingkungan , pembaca sastra , serta kejiwaan mereka. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa unsure ekrinsik diperlukan bantuan ilmu-ilmu kerabat serta sosiologi , spuikologi, filsafat dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sastra merupakan kreasi seni yang didalam mengandung kelenturan bahsa yang indah dan memiliki makna terserirat dari setiap kata-katanya. Sastra Indonesia mengalami perkembangan dari zaman ke zaman . secara urutan waktu karya sastra terbagi atas beberapa angkatan yaitu: pujangga lama, sastra melayu lama, angkatan balai pustaka, pujangaga baru, angkatan ’45, anfkatan’50. Angkatan ‘766-77, dasarwarsa 80-an, angkatan repormasi.
Sastra memiliki fungsi untuk meyampaikandan menampung ide, teori, system berfikir pengalaman keindahan manusia, fungsi krekreatif, didaktif, moralitas dan religious.. karya sastra disusun oleh dua unsur yaitu unsure insrintisik dan unsure eksrinsik.
Kaya sastra Indonesia menurut zaman pembuatan karya sastra dapat dibagi menjadi 2 yaitu: karya satra lama, dan karya sastra baru. Karya sastra lama yaitu: karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama. Yaitu masyarat yang memegang adat istiadan yang berlaku di daerahnya.

0 comments:

Post a Comment