A. Hakikat Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak
merupakan aktivitas atau kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia
bila dilihat dari proses pemerolehan keterampilan bahasa. Sebelum anak dapat
berbicara, membaca, apalagi menulis, kegiatan aktivitas menyimaklah yang pertama
dilakukan. Secara berturut-turut keterampilan bahasa itu pada umumnya dimulai
dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berikut jabaran hakikat
menyimak dengan fokus kajian tentang pengertian menyimak, manfaat menyimak,
tujuan menyimak, dan proses menyimak.
1.
Pengertian
Menyimak
Kegiatan berbahasa
manusia yang paling mudah dikenali adalah bahasa lisannya, komunikasi verbal
dan berbicara merupakan komunikasi yang paling efektif dan efisien (Papalia dalam Saddhono dan Slamet, 2012:8). Ibarat
mata uang, menyimak-berbicara tidak bisa dikatakan bahwa yang satu lebih
penting dari yang lain, terutama dalam proses komunikasi, saling tukar
informasi, saling berganti peran, dan saling memahami apa yang dikatakan oleh
lawannya. Suatu saat, satu pihak berfungsi sebagai pembicara atau pengirim
pesan, dan pada saat lain berfungsi sebagai penyimak atau penerima pesan. Hal
ini berarti bahwa apabila seseorang melontarkan suatu pertanyaan kepada orang
lain, orang yang ditanya harus (1) mengerti isi pertanyaan, (2) memikirkan
jawaban yang benar dan wajar, dan (3) mengucapkan kata-kata atau menghasilkan
bunyi sebagai jawabannya, selain itu Menurut Brooks (dalam Tarigan, 2008:14) menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah
secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.
|
Sebagian masyarakat
memandang bahwa antara menyimak, mendengar, dan mendengarkan memiliki makna
yang sama. Padahal kalau dipelajari lebih dalam, ketiga kata tersebut memiliki
perbedaan pengertian. Namun, sampai saat ini, masih banyak yang kurang memahami
perbedaannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001:251), mendengar
mempunyai makna “Dapat menangkap bunyi dengan telinga”. Artinya, segala bunyi
yang ditangkap oleh telinga dalam keadaan sadar tanpa adanya unsur kesengajaan,
telinga menangkap bunyi. Hal ini diartikan sebagai aktivitas dalam taraf
mendengar. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara
kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga mungkin menarik perhatian, mungkin
juga tidak. Contohnya ketika duduk diperpustakaan pascasarjana terdengar suara
samar suatu pembicaraan dan bunyi ketikan yang tidak mengundang perhatian.
Pernyataan di atas
dikuatkan dengan pendapat McCall (1981:206) bahwa mendengar adalah fungsi
fisiologis dan melibatkan penerimaan pesan sedangkan mendengarkan adalah fungsi
mental yang melibatkan pemahaman pesan. Menyimak memiliki makna mendengarkan
atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor
kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada
mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang
disimaknya. Sedangkan mendengarkan belum tentu ada upaya dalam memahami dan
menanggapi apa yang didengar. Contohnya dalam mendengarkan seminar, belum semua
ada dalam taraf menyimak yaitu memahami apa yang disimaknya. Namun, semuanya
cenderung dalam taraf mendengarkan. Mereka mendengarkan apa yang disampaikan
pemateri, tetapi belum tentu diantara mereka semua mampu memahaminya.
Sejalan dengan pendapat
di atas, Moeliono (dalam Saddhono dan Slamet, 2012:8) menjelaskan bahwa
mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga.
Mendengarkan berarti menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda
halnya dengan menyimak, menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang
diucapkan atau dibaca orang. Iskandarwassid dan Sunendar (2008:227) turut
berargumen bahwa, “Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif”. Sedangkan pandangan lain dilontarkan Tarigan
(2008:31) bahwa, “Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang
lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.
Aktivitas menyimak
dalam suatu peristiwa menyimak dapat digambarkan dengan mendengarkan bunyi
bahasa yang diucapkan secara langsung atau rekaman baik melalui radio,
televisi, atau kaset. Subyakto (dalam Saddhono, 2012:10) menyatakan bahwa di
dalam listening comprehension seseorang
tidak hanya berperan secara pasif dalam suatu wacana, tetapi dia berperan
aktif. Sehubungan dengan hal tersebut, Littlewood (dalam Saddhono dan Slamet,
2012:10) juga menegaskan bahwa anggapan yang menyatakan bahwa menyimak itu
keterampilan pasif adalah keliru, karena menyimak memerlukan keterlibatan aktif
dari penyimak. Dia menyusun ulang pesan yang disampaikan oleh pembicara. Untuk
menyusun ulang pesan itu dia harus secara aktif memberikan kontribusi
pengetahuannya, baik pengetahuan yang bersumber dari kebahasaannya, maupun dari
sumber di luar pengetahuan kebahasaannya.
Bertolak dari uraian
mengenai proses kegiatan menyimak tersebut, dapatlah disusun pengertian
menyimak, menurut Saddhono dan Slamet (2012:11) menyimak adalah suatu proses
yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi bunyi
bahasa kemudian menilai hasil interprestasi makna dan menanggapi pesan yang
tersirat di dalam wahana bahasa tersebut. Dalam arti lain, menyimak berarti
kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan.
Persyaratan yang harus
dipenuhi dalam keterampilan menyimak adalah kemampuan menangkap dan memahami
makna pesan baik yang tersurat maupun tersirat yang terkandung dalam bunyi
serta unsur kemampuan mengingat pesan. Dengan demikian menyimak dapat dibatasi
sebagai proses besar mendengar, mendengarkan, serta menginterpretasikan
lambang-lambang lisan (Anderson, 1972:68).
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi
nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta
interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang
diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan
bunyi tersebut.
2.
Manfaat
Menyimak
Menurut
Setiawan (dalam Darmawan, dkk, 2006:11-12)
manfaat menyimak antara lain sebagai berikut.
a. Menambah
ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab
menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu
yang menjadikan seseorang lebih berpengalaman.
b. Meningkatkan
intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu.
c. Memperkaya
kosakata, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis.
Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata
yang digunakan lebih variatif.
d. Memperluas
wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan
objektif.
e. Meningkatkan
kepekaan dan kepedulian sosial.
f. Meningkatkan
citra artistik jika yang disimak itu merupakan bahan simakan yang isi dan
bahasanya halus. Banyak menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap
menghargai karya atau pendapat orang lain dalam kehidupan, dan meningkatkan
selera estetis seseorang.
g. Menggugah
kreativitas dan semangat seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan
ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak,
seseorang akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, serta pengalaman
hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong seseorang untuk giat dan kreatif
dalam berkarya.
3.
Tujuan
Menyimak
Tujuan
menyimak dapat disusun atas: (a) Mendapatkan fakta; (b) Menganalisis fakta; (c)
Mengevaluasi fakta; (d) Mendapatkan inspirasi; (e) Mendapatkan hiburan; dan (f)
Memperbaiki kemampuan berbicara (Universitas Terbuka, 1985:21). Brikut
penjelasannya.
a.
Mendapatkan
Fakta
Salah
satu upaya dalam memperoleh fakta dapat dilakukan dengan aktivitas keterampilan
menyimak. Di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia, memperoleh fakta
melalui kegiatan menyimak masih sangat membudaya di seluruh lapisan masyarakat,
baik melalui radio, televisi, pertemuan, maupun menyimak ceramah-ceramah.
Namun, di negara maju, budaya menyimak sudah jarang ditemukan. Mereka lebih
suka mendapatkan fakta melalui majalah, koran, dan buku-buku.
Tampaknya
kegiatan menyimak untuk mendapatkan fakta dan informasi lebih banyak digunakan
oleh masyarakat pada umumnya. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga yang ingin
mendapatkan informasi tentang kenakalan remaja saat ini, mereka mendatangkan
para ahli di bidang tersebut untuk berbicara, para ibu menyimaknya. Sering pula
para ahli di bidang tersebut untuk berbicara, para ibu menyimaknya. Sering pula
para ahli sendiri yang mengadakan pembicaraan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat yang memerlukan, bisa tentang kesehatan, psikologi, ekonomi, bahkan
kecantikan, atau keperibadian. Masyarakat yang merasa memerlukan informasi itu
akan berbondong-bondong menghadiri pertemuan dan menyimaknya.
b.
Menganalisis
Fakta
Tujuan
lain dari menyimak adalah menganalisis fakta, yaitu proses menaksir fakta-fakta
atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat
yang terkandung dalam fakta-fakta. Tujuan ini biasanya lahir karena penyimak
ingin memahami makna dari fakta yang diterimanya. Tujuan menyimakpun menjadi
lebih jauh dari hanya menerima fakta-fakta menjadi memahami secara mendalam
makna yang terkandung dalam fakta-fakta itu melalui analisis. Proses
menganalisis fakta ini harus betul-betul dipahami maknanya. Apabila penyimak
menyimak sederhana pikiran pembicara hendaknya ia menghubungkan apa yang
disimaknya itu dengan pengetahuan dan pengalaman sendiri sehingga materi
disimaknya dengan baik.
Apabila
menyimak yang disampaikan pembicara, pada umumnya seorang pembicara akan
menggunakan sekitar 120-150 kata permenit. Padahal seorang penyimak dapat
menggunakan kata-kata permenit sekitar 300-355 kata. Ini berarti terdapat
kelebihan waktu bagi penyimak. Dengan adanya perbedaan waktu itu, penyimak yang
kritis akan memanfaatkan kelebihan waktu itu untuk menganalisis fakta-fakta
atau gagasan yang dimaksudkan itu. Dapat disimpulkan bahwa dalam menyimak ada
waktu atau kesempatan untuk melakukan analisis.
c.
Mengevaluasi
Fakta
Penyimak
yang kritis akan mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan hasil
analisisnya, seperti:
1) Cukup
bernilaikah fakta-fakta yang diterimanya?
2) Akuratkah
fakta-fakta tersebut?
3) Relevankah
fakta-fakta itu dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak?
Jika
fakta yang diterima penyimak cukup dinilai akurat dan relevan dengan pengetahuan
dan pengalaman penyimak berarti fakta itu dapat diterima. Namun, apabila fakta
yang diterima kurang bermutu, tidak akurat, apalagi kalau kurang relevan dengan
pengetahuan dan pengalaman penyimak, penyimak akan menolak fakta tersebut.
Jawaban pertanyaan di atas sebagai hasil pengevaluasian fakta-fakta akan
dipengaruhi kredibilitas pembicara dengan materi pembicaranya. Akhirnya,
penyimak akan memutuskan untuk menerima atau menolak materi simakannya itu.
Selanjutnya penyimak diharapkan dapat memperoleh inspirasi yang dibutuhkannya.
d.
Mendapatkan
Inspirasi
Inspirasi
sering dipakai sebagai alasan oleh seseorang untuk menyimak suatu pembicaraan.
Seseorang menyimak pembicaraan bukan untuk memperoleh fakta saja melainkan
untuk memperoleh inspirasi. Seseorang mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah
semata-mata untuk tujuan mendapatkan inspirasi atau ilham.
Pembicaraan
yang bersifat inspiratif sebenarnya cukup banyak. Apalagi kalau pembicara
pandai mendorong, menyentuh emosi pendengar untuk memberi semangat,
membangkitkan kegairahan penyimak untuk mendapatkan inspirasi. Setelah
pembicara berakhir, penyimak diharapkan menunjukan reaksi berupa tergugahnya
perasaan mereka terhadap hal yang disampaikan pembicara. Penyimak yang
bertujuan mendapatkan inspirasi biasanya untuk menuliskan fakta baru. Mereka
hanya perlu dorongan, gairah, dan semangat untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya.
Kalau
seseorang memerlukan inspirasi tentang bidang pendidikan, ia harus banyak
menyimak hal-hal yang berhubungan dengan bidang pendidikan. Orang-orang
profesional sering menghadiri berbagai pertemuan ilmiah baik diskusi, seminar,
kongres, atau semacamnya dengan tujuan menggugah pikiran dan semangat mereka.
Mereka mengharapkan dengan menyimak berbagai hal yang berhubungan dengan
profesinya, ia mampu mendapatkan inspirasi di samping memelihara
pengetahuannya.
e.
Mendapatkan
Hiburan
Pada
dasarnya manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan. Hiburan dapat diperoleh
melalui berbagai macam kegiatan termasuk kegiatan menyimak, yang disimak tentu
saja hal-hal yang menyegarkan pikiran, menyenangkan hati, dan menghibur diri.
Bagaimanapun juga hiburan merupakan kebutuhan manusia yang cukup mendasar.
Dalam kehidupan yang serba kompleks ini, manusia perlu melepaskan diri dari
berbagai tekanan, ketegangan, dan kejenuhan. Seseorang sering menyimak radio,
TV, dan film untuk memperoleh hiburan dan mendapatkan kesenangan batin.
Pembicara
harus mampu menciptakan suasana gembira dan senang karena tujuan menyimak di
sini untuk menghibur. Tujuan ini akan lebih mudah tercapai apabila pembicara
mampu menciptakan humor yang segar dan orisinil yang mengakibatkan penyimak
menunjukkan respon yang mencerminkan kegembiraan dan bersifat reaktif.
f.
Memperbaiki
Kemampuan Berbicara
Tujuan
menyimak yang terakhir justru memperbaiki kemampuan berbicara. Dengan menyimak
pembicaraan yang terpilih seseorang dapat memperbaiki kemampuan berbicara.
Penyimak harus mampu menyusun rencana sebelum menyimak karena menyimak merupakan
kegiatan yang disengaja. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar kemampuan
berbicara seseorang meningkat, yaitu:
1) Cara
mengorganisasian bahan pembicaraan.
2) Cara
penyampaian bahan.
3) Cara
memikat perhatian penyimak.
4) Cara
mengarahkan.
5) Cara
menggunakan alat-alat bantu, seperti: mikrofon, alat peraga, dan sebagainya.
6) Cara
memulai dan mengkhiri pembicaraan.
Dengan
memperhatikan keenam aspek di atas pada waktu melaksanakan berbicara,
diharapkan penyimak mampu memperbaiki keterampilan berbicaranya. Selain keenam
tujuan di atas, Logan (dalam Tarigan, 2008:56) menerangkan bahwa tujuan
menyimak beraneka ragam antara lain:
a. Menyimak
untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar ia dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
b. Menyimak
untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada
penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan
atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
c. Menyimak
untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai
apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak
logis, dan lain-lain).
d. Menyimak
untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak
dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita,
pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
e. Menyimak
untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar
si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun
perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f. Menyimak
untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si
penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan
arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini
terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik
mendengarkan ujaran pembicara asli (native
speaker).
g. Menyimak
untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang
pembicara ia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
h. Menyimak
untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu
masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh penyimak; dengan kata
lain, ia menyimak secara persuasif.
4.
Proses
menyimak
Kegiatan menyimak sudah
mencakup mendengar, dan mendengarkan. Kegiatan menyimak diawali dengan
mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimaknya. Untuk dapat
memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses. Proses tersebut terdiri
dari 5 tahapan meliputi: (1) tahap mendengar, (2) Tahap memahami, (3) Tahap
menginterpretasikan, (4) Tahap mengevaluasi, dan (5) Tahap menanggapi. Berikut
penjelasannya.
a.
Tahap
mendengar (hearing)
Tahap
mendengar yaitu tahap di mana seseorang baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh pembicara atas apa yang pembicara bicarakan. Ini merupakan
tahap paling awal dari proses menyimak. Pada tahapan ini disebut hearing. Telinga menerima gelombang
suara dan menyampaikannya ke otak. Contohnya, anda duduk di kelas dan mendengar
dosen berkata, “Waktu ujian adalah minggu depan, Selasa jam 5 sore”.
b.
Tahap
memahami (understanding)
Tahap
memahami yaitu tahap bagi seseorang untuk mengerti atau memahami dengan baik
isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. Pada tahap ini seseorang
memasuki tahap understanding.
c.
Tahap
menginterpretasi (interpreting)
Tahap
menginterpretasi yaitu tahap ketika seseorang ingin menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam
ujaran itu. Dalam hal ini berarti seseorang sudah memasuki tahap interpreting. Pada tahap interpretasi,
pendengar berusaha memahami maksud pesan yang diterima. Proses ini termasuk
memahami apa yang baru saja dikatakan oleh pembicara dan menghubungkannya
dengan apa yang telah anda ketahui. Misalnya, Anda menghubungkan perkataan tadi
dengan pengetahuanmu mengenai ujian, apa yang harus Anda siapkan, dan apa yang
harus Anda lakukan pada hari selasa jam 5 sore.
d.
Tahap
mengevaluasi (evaluating)
Tahap
mengevaluasi yaitu tahap di mana seseorang mulai menilai atau mengevaluasi
pendapat serta gagasan pembicara mengenai kelemahan serta kebaikan dan
keunggulan pembicara. Pada tahap ini disebut evaluating. Pada tahap evaluasi, anda memutuskan bagaimana perasaan
anda terhadap pesan tadi. Misalnya, anda setuju dengan apa yang dikatakan dosen
tadi, atau tidak. Pada proses ini, evaluasi dilakukan mengenai kesesuaian pesan
dengan kebutuhan dan harga diri. Jika pesan itu bertentangan dengan harga diri
Anda atau tidak memenuhi kebutuhan Anda, Anda dapat menolaknya, atau berhenti
mendengarkan. Pada contoh di atas, jika Anda ingin mengikuti ujian tetapi ada
pekerjaan lain pada hari Selasa jam 5 sore, Anda akan tidak setuju dengan apa
yang dikatakan dosen. Segala yang terjadi pada tahap ini akan mengganggu proses
mendengar.
e.
Tahap
menanggapi (responding)
Tahap
menanggapi yaitu tahap yang terakhir dalam proses menyimak. Penyimak menyambut,
mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh
pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Pada tahap ini berarti kita sudah
melalui tahap terakhir yang disebut tahap menanggapi (responding). Pada tahap akhir menyimak, terjadi reaksi terhadap
pesan dalam bentuk umpan balik secara langsung. Di ruang kelas, umpan balik
secara langsung dapat terjadi dalam bentuk pertanyaan dan komentar. Pada kasus
di atas, reaksi anda bisa saja bertanya pada dosen apakah jadwal ujiannya bisa
diubah atau tidak.
B. Peranan Menyimak
Belajar
bahasa diawali dengan kegiatan menyimak. Dengan proses menyimak seorang dapat
menguasai pengucapan fonem, kosakata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem,
kosakata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam berbagai
kegiatan, seperti berbicara, membaca dan menulis. Artinya, menyimak memiliki
peranan yang cukup penting dalam kehidupan. Kalau ada orang bertanya: “Apa fungsi
menyimak bagi Anda?” secara praktis dapat dijawab dengan kalimat-kalimat,
antara lain:
1. Saya
menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya
dengan pekerjaan atau profesi saya.
2. Saya
menyimak agar saya menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antarpribadi
dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan
masyarakat.
3. Saya
menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan-keputusan
yang masuk akal.
4. Saya
menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang
saya simak (Hunt dalam Rosdia, 2015:253).
C. Efektivitas Menyimak
Aktivitas menyimak
sangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga perlu dicapai
keefektifan dalam menyimak. Keefektifan dalam menyimak dapat dicapai dengan meningkatakan
kemampuan menyimak. Kemampuan menyimak dapat ditingkatkan dengan cara (1) simak
ulang ucap, (2) identifikasi kata kunci, (3) parafrasa, (4) merangkum, (5)
menjawab pertanyaan (Saddhono, 2012:26). Selain itu, juga terdapat cara
meningkatkan kemampuan menyimak yang lainnya, seperti: simak kerjakan, simak
tulis, simak terka, simak memperluas kalimat, simak menemukan benda, bisik
berantai, simak menyelesaikan cerita, identifikasi kalimat topik, satu mulut
satu kelas, satu rekaman satu kelas, group
cloze, simak libat cakap, bebas libat cakap, pemberian petunjuk, menyimak
eksploratorif, menyimak kritis, menyimak membuat catatan, simak baca, simak
salin, simak setuju, menyimak selektif, simak interogatif, menelaah materi
simakan, simak lengkapi, dan bermain drama. Berikut penjabaran langkah-langkah
dari beberapa strategi menyimak beserta bahan simakannya.
1.
Langkah-langkah
Simak Ulang Ucap
a. Siswa
menyimak kalimat yang disebutkan guru.
b. Siswa
mengulang kembali kalimat yang diucapkan guru di depan kelas, baik yang
menunjuk dengan sendirinya maupun yang ditunjuk oleh guru (minimal 3 siswa dan
maksimal 5 siswa).
c. Guru
menanggapi hasil pengulangan kalimat yang diucapkan siswa dan memberikan
penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa yang tampil ke depan kelas untuk
mengulang kalimat yang disimak.
d. Siswa
menyimak kembali kalimat yang disebutkan oleh guru (kalimat yang berbeda dari
kalimat yang pertama disebutkan tadi).
e. Siswa
mengulang kembali kalimat yang diucapkan oleh guru di depan kelas seperti
kegiatan pertama tetapi siswa yang sudah tampil ke depan tidak boleh tampil
lagi dan seterusnya.
Contoh bahan simakan: Pencuri mencari
cara-cara agar hasil curiannya tidak di cari-cari oleh pencari hasil curian
yang suka makan rica-rica.
2.
Langkah-langkah
Simak Kerjakan
a. Siswa
berdiri di depan bangku masing-masing.
b. Siswa
menyimak dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru (saat guru memberikan
perintah, guru ikut melakukan perintah tetapi tidak melakukannya dengan benar
yang bertujuan untuk lebih melatih simakan dan fokus siswa, misalnya guru berkata
pegang hidung dan guru tidak memegang hidung tetapi memegang selain hidung
seperti telinga dan lainnya).
c. Guru
menanggapi hasil pekerjaan yang dilakukan siswa.
d. Guru
dan siswa bertanya jawab terhadap hal yang diperintahkan misalnya siswa
memegang telinga, guru bertanya kepada siswa fungsi telinga, banyak telinga,
dan lainnya.
e. Untuk
kegiatan selanjutnya siswa diminta untuk mempersiapkan buku dan pensil.
f. Siswa
menyimak kegiatan yang akan dilakukan.
g. Siswa
menyimak dan menggambar apa yang diperintahkan oleh guru di buku masing-masing.
h. Siswa
memperlihatkan hasil gambar yang disimaknya.
i. Siswa
memberi alasan mengapa menggambar benda tersebut.
j. Guru
menanggapi hasil kerja siswa dan menggambarnya di papan tulis.
k. Siswa
dan guru menyimpulkan gambar yang benar dari permainan tadi.
Contoh bahan simakan:
Guru : “Pegang hidung”
Siswa : (Siswa memegang hidungnya)
Guru : “Pegang dagu”
Siswa : (Siswa memegang dagunya)
3.
Langkah-langkah
Simak Tulis
a. Siswa
menyimak kalimat yang diucapkan oleh guru.
b. Siswa
menuliskan hasil simakan tersebut di kertas yang telah disiapkan.
c. Beberapa
siswa membacakan hasil simakannya ke depan kelas dan siswa lainnya memberikan
tanggapannya.
d. Guru
menanggapi jawaban dari masing-masing siswa.
e. Siswa
kembali menyimak kalimat yang tadi telah disimak sebelumnya untuk memastikan
jawaban yang benar dan berurutan (dibacakan secara perlahan).
f. Siswa
di bawah bimbingan guru menyimpulkan urutan yang benar dari simakan tersebut.
Contoh bahan simakan:
Guru :
menyatakan dengan ujaran “Paman menggali sumur”.
Siswa : menulis kalimat “Paman menggali sumur”.
4.
Langkah-langkah
Simak Terka
a.
Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa.
b.
Siswa duduk dalam kelompok masing-masing
dan duduk secara lurus dari depan ke belakang.
c.
Siswa mendengar ketentuan ketentuan
dalam kegiatan (yang melakukan permainan adalah masing-masing anggota kelompok
yang duduk di bagian depan. Kelompok siswa yang memberitahu jawaban kepada
teman yang sedang ikut permainan akan didiskualifikasi).
d.
Siswa menyimak arahan guru tentang benda
yang ditujukan (dalam memberikan deskripsi benda, guru memberikan deskripsi
yang tidak lengkap yang masih mengarah kebanyak benda dan dilanjutkan ketika
ada siswa yang bertanya atau ada kelompok siswa yang salah menjawab).
e.
Siswa bertanya jawab dengan guru untuk
membuka petunjuk selanjutnya yang berkaitan dengan benda yang ditujukan.
f.
Siswa mendengarkan petunjuk berikutnya
yang berhubungan benda yang ditujukan.
g.
Siswa yang pertama menunjuk tangan,
menyebutkan isi jawabannya di depan kelas dan jika jawaban siswa benar,
mendapatkan 10 poin untuk kelompoknya dan jika jawabannya salah maka siswa yang
menunjuk kedua yang menjawab dan seterusnya.
h.
Guru meminta alasan siswa mengapa
menjawab benda tersebut.
i.
Guru dan siswa bertanya jawab terhdap
benda yang diterka misalnya fungsinya dan lainnya.
j.
Siswa yang duduk di baris depan pindah
ke baris paling belakang dan digantikan oleh siswa yang duduk di bangku kedua
dan seterusnya.
k.
Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok yang mendapatkan poin terbanyak.
Contoh bahan simakan:
Aku
sejenis hewan
Aku hidup di air
Aku termasuk hewan yang
bertelur
Gerakanku sangat lambat
Aku berekor pendek
Aku punya empat kaki
Aku memiliki tempurung yang
keras
Siapakah aku?
D. Jenis-jenis Menyimak
Tarigan (2008:37) menggolongkan
jenis menyimak menjadi dua ragam menyimak, yaitu (1) menyimak ekstensif, dan
(2) menyimak intensif.
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis
kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan yang telah lebih bebas terhadap
suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak
ektensif dapat digunakan menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah
diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan dengan cara yang baru. Secara
psycologis, menyimak ektensif terhadap bahasa “nyata“ sebtagai lawan dari
bahasa “tulis”,akan sangat memuaskan selama kegiatan tersebut dapat
menperagakan upaya para siswa dikelas dan dapat memberi keuntungan dalam
kehidupan lingkungan bahsaa yang hidup.
Menyimak ektensif juga dapat memberi
kesempatan dan kebebasan bagi siswa mendengar dan menyimak butir butir kosakata
dan strukrut struktur yang asing atau baru bagi mereka. Dalam hali ini terdapat
suat keakraban yang tidak disadari terhadap bentuk bentuk dalam waktu singkat
akan menjadi bahan pelajaran seperti contoh bercerita. Bercerita merupakan
salah satu bahan menyimak yang menarik
terutama bagi usia muda, dan kerap kali mencakup suatu wadah yang baik bagi
kata kata baru dan beberapa struktur yang belum diajarkan sebelumnya. Guru
sendiri merupakan sumber modal dalam bercerita karena sumber yang paling baik
bagi berbagai aspek menyimak ektensif aadlah rekaman rekaman yang dibuat oleh
gurusediri yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang dihendak dicapai. Ada
empat jenis menyimak ekstensif yaitu:
a. Menyimak Sosial
Menyimak sosial (social lstening)
atau pun menyimak sopan (couteous listening) berlangsung dlam situasi situasi
sosial tempat orang mengobrol atau bercengkarama mengenal hal hal yang menrik
perhatian orang hadir. Mereka mendengarkan satu dan lainya untuk membuat responsi/tanggapan, mengikuti
hala yang menarik, memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang
dikemukakan dan dikatakan rekan (Dawson dalam Tarigan, 2008:40).
Berdasarkan hal tersebut, menyimak sosial
paling sedikit mencakup dua hal yaitu: (1) Menyimak secara sopan santun dan
penuh perhatian terhadapan percakapan atau obrolan dalam situasi sosial. (2) Menyimak serta memahami perananan
peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson dalam
Tarigan, 2008:41).
b. Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan (casual listening) dan
secara ektensif. Ada beberapa contoh menyimak sekunder:
1)
Menyimak pada musik yang mengiringi ritme ritme atau tari tarian rakyat di sekolah dan pada
acara radio yang terdengar sayup sayup sementara kita menulis surat kepada
seorang teman di rumah.
2)
Sambil menikamti musik, kita ikut barpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta
karya tanah liat, membuat sketsa, dan
latihan menulis indah (Dawson dalam
Tarigan, 2008:41).
c. Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun
yang disebut menyimak appresiatif (appreceational)
adalah fase terakhir dan merupakan
gabungan dari menyimak kebetulan dan menyimak secara ektensif, ini meliputi: (1)
Menyimak musik, pusi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman.
(2) Menikamti cerita, puisi, teka teki, gemercing, irama, dan lakon lakon yang
dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor (Dawson dalam Traigan,
2008:41).
d. Menyimak Pasif
Menyimak pasif merupakan cara
menyimak dengan penyerapan suatu ajaran
tanpa upaya sadar yang biasanya menandai
uapaya upaya pada belajar dengan
kurang teliti, tergesa gesa, menghafal luar kepala, berlatih bersantai serta
menguasai suatu bahasa. Otak dapat diberi kesempatan untuk bekerja seefisien
mungkin. Untuk melakukan hal ini menggunakan teknik teknik tertentu,
antara lain: (1) Berilah otak dan telinga
kesempatan menyimak banyak banyak. Ada sebagain orang pribumu yang tidak
bersekolah tapi lancar menggunakan beberapa bahasa asing. (2) Tenang dan
santai. Kegelisahan kegelisahan, sekalipun dalam belajar bahasa seakan akan
memutuskan upaya upaya otak kita untuk melakukan tugasnya. (3) Jangan memasang
rintangan bagi bunyi. Orang orang yang bermukim di rel kereta api yang selalu bising cenderung melindungi diri
mereka dengan tabir bunyi.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif lebih diarahkan
pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu di bawah
bimbingan langsung para guru, menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan
yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Dalam
hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting, sebagai:
a. menyimak
intensif diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b. terutama
sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian secara umum. Jelas dalam
butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Menyimak pada beberapa
percakapan sangat bermanfaat baginya untuk membiasakan pendengarannya,
terhadap sesuatu yang hendak didengarnya kalau mereka mengunjungi daerah asal
bahasa asing tertentu. Salah satu cara yang amat sederhana untuk melatih tipe
menyimak seprti ini ialah menyuruh para siswa menyimak tanpa teks tertulis,
dengan cara sekali atau dua kali, kemudian memberikan kepada mereka suatu
bagian yang mengandung beberapa penghubung kalimat dan memberikan kepada mereka
teks teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu
berada. Tugas mereka adalah mengisinya tanpa menyimak pada pita rekaman lagi.
Menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, tetapi harus
pula disadari benar bahwa isi yang sederhananya dri pesan tersebut haruslah
berada dalam jangkauan intelektual dan kedewasaan para siswa.
Ada enam jenis menyimak intensif (Heryadi,
2008:22) yaitu:
a.
Menyimak
Kritis
Menyimak
kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian
kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari
ujaran seseorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat, yang dapat diterima
oleh akal sehat.
Pada
umumnya menyimak kritis leih cenderung meneliti letak kekurangan, kekeliruan,
dan ketidak telitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Kegiatan-kegiatan
yang tercakup dalam menyimak kritis yaitu :
1)
Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran
yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya.
2)
Menentukan alasan “mengapa”.
3)
Memahami aneka makna petunjuk konteks
4)
Membedakan fakta dari fantasi, yang
relevan dari yang tidak relevan.
5)
Mebuat keputusan-keputusan
6)
Menarik kesimpulan-kesimpulan.
7)
Menentukan jawaban bagi masalah
tertentu.
8)
Menentukan informasi baru atau informasi
tambahan bagi suatu topik.
9)
Menafsirkan, menginterprestasikan
ungkapan dan bahasa yang belum lazim dipakai.
10) Bertindak
objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya
prasangka serta kekeliruan (anderson, 1972:70).
Situasi
khusus yang menuntut untuk menyimak kritis, antara lain: (1) Pidato-pidato
politis. (2) Pidato-pidato filosofis. (3) Kata-kata mengikat dari tukang obral
(Hunt dalam Tarigan, 2008:48).
b.
Menyimak
Konsentratif
Meyimak
konsentratif (concentrative listening)
disebut juga study-tipe-listening atau menyimak sejenis telaah.
Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif yaitu:
1)
Mengikuti petunjuk-petunjuk yang
terdapat dalam pembicaraan.
2)
Mencari dan merasakan hubungan, seperti
kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab akibat.
3)
Mendapatkan atau memperoleh butir-butir
informasi tertentu.
4)
Memperoleh pemahaman dan pengertian yang
mendalam.
5)
Merasakan serta menghayati ide-ide sang
pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya.
6)
Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
7)
Mencari da mencatat fakta-fakta penting
(Anderson, 1972:70; Dawson, 1963: 153, dalam Tarigan, 2008:49).
c.
Menyimak
kreatif
Menyimak
kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat
mengakibatkan kesenangan, rekonstruksi, imajinatif para penyimak terhadap
bunyi, penglihatan, gerakan, serta peranan-peranan kinestetik yang disarankan
atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya. (Dawson, dalam Tarigan, 2008:50).
Kegiatan-kegiatan dalam menyimak kreatif adalah:
1) Menghubungkan
atau mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak.
2) Membangun
atau merekonstuksikan imaji-imaji visual dengan baik, sementara menyimak.
3) Menyesuaikan
atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya
baru dalam tulisan, lukisan, pementasan.
4) Mencapai
penelesaian atau pecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan megji
hasil-hasil pemecahan atau penyelesaia tersebut (Anderson, dalam Tarigan,
(2008:50).
d.
Menyimak
Eksplorasif
Menyimak eksplorasi,
menyimak yang bersifat menyelidik adalah sejenis kegiatan menyimak intensif
dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
e.
Menyimak
interogatif
Menyimak interogatif adalah
sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan
seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang
pembicara karena penyiamak akan mengajukan banyak pertanyaan. Dalam kegiatan
menyimak interogatif ini penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya
pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara
(Dawson dalam Tarigan, 2008:50).
f.
Menyimak
selekstif
Satu-satunya
cara yang mungkin membuat kita terbisa dengan bentuk akustik bahasa ialah
mendengarnya atau menyimak secara selektif.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
1972. Efficient Reading: A Partical Guide.
Sidney: MCGrow Hill Book CO.
Darmawan,
Deni, dkk. 2006. Dasar Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Bahan Belajar Mandiri. Bandung: UPI Press.
Iskandarwassid
dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi
Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mc.Call,
Roy C. 1981. Consummate Teacher of Speech
Whose Philosophy and Model Guide Me Daily. Amerika: Unite State of America.
Rosdia.
2015. Jurnal Kreatif Tadulako:
Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Mendongeng Siswa Kelas VI SDN
Sese (online). Vol. 4 No. 8 ISSN: 2354-614X http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jkto/article/viewfile/3418/2455. Diakses pada
tanggal 2 September 2015.
Saddhono,
Kundharu dan Slamet, St. Y. 2012. Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Indonesia. (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya
Putra Darwati.
Tarigan,
Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
0 comments:
Post a Comment