Monday, October 31, 2016

M E N Y I M A K



A.  Hakikat Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan aktivitas atau kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak manusia bila dilihat dari proses pemerolehan keterampilan bahasa. Sebelum anak dapat berbicara, membaca, apalagi menulis, kegiatan aktivitas menyimaklah yang pertama dilakukan. Secara berturut-turut keterampilan bahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berikut jabaran hakikat menyimak dengan fokus kajian tentang pengertian menyimak, manfaat menyimak, tujuan menyimak, dan proses menyimak.
1.    Pengertian Menyimak
Kegiatan berbahasa manusia yang paling mudah dikenali adalah bahasa lisannya, komunikasi verbal dan berbicara merupakan komunikasi yang paling efektif dan efisien (Papalia dalam Saddhono dan Slamet, 2012:8). Ibarat mata uang, menyimak-berbicara tidak bisa dikatakan bahwa yang satu lebih penting dari yang lain, terutama dalam proses komunikasi, saling tukar informasi, saling berganti peran, dan saling memahami apa yang dikatakan oleh lawannya. Suatu saat, satu pihak berfungsi sebagai pembicara atau pengirim pesan, dan pada saat lain berfungsi sebagai penyimak atau penerima pesan. Hal ini berarti bahwa apabila seseorang melontarkan suatu pertanyaan kepada orang lain, orang yang ditanya harus (1) mengerti isi pertanyaan, (2) memikirkan jawaban yang benar dan wajar, dan (3) mengucapkan kata-kata atau menghasilkan bunyi sebagai jawabannya, selain itu Menurut Brooks (dalam Tarigan, 2008:14) menyimak adalah kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication.
3
 
Menyimak dikatakan sebagai kegiatan berbahasa reseptif dalam suatu kegiatan bercakap-cakap dengan medium dengar maupun medium pandang. Bercakap-cakap memang berciri interaktif atau timbal balik. Kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna “mendengar” dan ”mendengarkan”. Oleh karena itu, ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama sehingga dipergunakan secara bergantian (Akhadiah dalam Saddhono dan Slamet, 2012:8).
Sebagian masyarakat memandang bahwa antara menyimak, mendengar, dan mendengarkan memiliki makna yang sama. Padahal kalau dipelajari lebih dalam, ketiga kata tersebut memiliki perbedaan pengertian. Namun, sampai saat ini, masih banyak yang kurang memahami perbedaannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001:251), mendengar mempunyai makna “Dapat menangkap bunyi dengan telinga”. Artinya, segala bunyi yang ditangkap oleh telinga dalam keadaan sadar tanpa adanya unsur kesengajaan, telinga menangkap bunyi. Hal ini diartikan sebagai aktivitas dalam taraf mendengar. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak. Contohnya ketika duduk diperpustakaan pascasarjana terdengar suara samar suatu pembicaraan dan bunyi ketikan yang tidak mengundang perhatian.
Pernyataan di atas dikuatkan dengan pendapat McCall (1981:206) bahwa mendengar adalah fungsi fisiologis dan melibatkan penerimaan pesan sedangkan mendengarkan adalah fungsi mental yang melibatkan pemahaman pesan. Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya. Sedangkan mendengarkan belum tentu ada upaya dalam memahami dan menanggapi apa yang didengar. Contohnya dalam mendengarkan seminar, belum semua ada dalam taraf menyimak yaitu memahami apa yang disimaknya. Namun, semuanya cenderung dalam taraf mendengarkan. Mereka mendengarkan apa yang disampaikan pemateri, tetapi belum tentu diantara mereka semua mampu memahaminya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Moeliono (dalam Saddhono dan Slamet, 2012:8) menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap sesuatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak, menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Iskandarwassid dan Sunendar (2008:227) turut berargumen bahwa, “Keterampilan menyimak adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif”. Sedangkan pandangan lain dilontarkan Tarigan (2008:31) bahwa, “Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”.
Aktivitas menyimak dalam suatu peristiwa menyimak dapat digambarkan dengan mendengarkan bunyi bahasa yang diucapkan secara langsung atau rekaman baik melalui radio, televisi, atau kaset. Subyakto (dalam Saddhono, 2012:10) menyatakan bahwa di dalam listening comprehension seseorang tidak hanya berperan secara pasif dalam suatu wacana, tetapi dia berperan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut, Littlewood (dalam Saddhono dan Slamet, 2012:10) juga menegaskan bahwa anggapan yang menyatakan bahwa menyimak itu keterampilan pasif adalah keliru, karena menyimak memerlukan keterlibatan aktif dari penyimak. Dia menyusun ulang pesan yang disampaikan oleh pembicara. Untuk menyusun ulang pesan itu dia harus secara aktif memberikan kontribusi pengetahuannya, baik pengetahuan yang bersumber dari kebahasaannya, maupun dari sumber di luar pengetahuan kebahasaannya.
Bertolak dari uraian mengenai proses kegiatan menyimak tersebut, dapatlah disusun pengertian menyimak, menurut Saddhono dan Slamet (2012:11) menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interprestasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut. Dalam arti lain, menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam keterampilan menyimak adalah kemampuan menangkap dan memahami makna pesan baik yang tersurat maupun tersirat yang terkandung dalam bunyi serta unsur kemampuan mengingat pesan. Dengan demikian menyimak dapat dibatasi sebagai proses besar mendengar, mendengarkan, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan (Anderson, 1972:68).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.

2.    Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan (dalam Darmawan, dkk, 2006:11-12) manfaat menyimak antara lain sebagai berikut.
a.    Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan seseorang lebih berpengalaman.
b.   Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu.
c.    Memperkaya kosakata, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variatif.
d.   Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif.
e.    Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
f.    Meningkatkan citra artistik jika yang disimak itu merupakan bahan simakan yang isi dan bahasanya halus. Banyak menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dalam kehidupan, dan meningkatkan selera estetis seseorang.
g.   Menggugah kreativitas dan semangat seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, seseorang akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong seseorang untuk giat dan kreatif dalam berkarya.
3.    Tujuan Menyimak
Tujuan menyimak dapat disusun atas: (a) Mendapatkan fakta; (b) Menganalisis fakta; (c) Mengevaluasi fakta; (d) Mendapatkan inspirasi; (e) Mendapatkan hiburan; dan (f) Memperbaiki kemampuan berbicara (Universitas Terbuka, 1985:21). Brikut penjelasannya.
a.    Mendapatkan Fakta
Salah satu upaya dalam memperoleh fakta dapat dilakukan dengan aktivitas keterampilan menyimak. Di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia, memperoleh fakta melalui kegiatan menyimak masih sangat membudaya di seluruh lapisan masyarakat, baik melalui radio, televisi, pertemuan, maupun menyimak ceramah-ceramah. Namun, di negara maju, budaya menyimak sudah jarang ditemukan. Mereka lebih suka mendapatkan fakta melalui majalah, koran, dan buku-buku.
Tampaknya kegiatan menyimak untuk mendapatkan fakta dan informasi lebih banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga yang ingin mendapatkan informasi tentang kenakalan remaja saat ini, mereka mendatangkan para ahli di bidang tersebut untuk berbicara, para ibu menyimaknya. Sering pula para ahli di bidang tersebut untuk berbicara, para ibu menyimaknya. Sering pula para ahli sendiri yang mengadakan pembicaraan untuk memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan, bisa tentang kesehatan, psikologi, ekonomi, bahkan kecantikan, atau keperibadian. Masyarakat yang merasa memerlukan informasi itu akan berbondong-bondong menghadiri pertemuan dan menyimaknya.
b.   Menganalisis Fakta
Tujuan lain dari menyimak adalah menganalisis fakta, yaitu proses menaksir fakta-fakta atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta. Tujuan ini biasanya lahir karena penyimak ingin memahami makna dari fakta yang diterimanya. Tujuan menyimakpun menjadi lebih jauh dari hanya menerima fakta-fakta menjadi memahami secara mendalam makna yang terkandung dalam fakta-fakta itu melalui analisis. Proses menganalisis fakta ini harus betul-betul dipahami maknanya. Apabila penyimak menyimak sederhana pikiran pembicara hendaknya ia menghubungkan apa yang disimaknya itu dengan pengetahuan dan pengalaman sendiri sehingga materi disimaknya dengan baik.
Apabila menyimak yang disampaikan pembicara, pada umumnya seorang pembicara akan menggunakan sekitar 120-150 kata permenit. Padahal seorang penyimak dapat menggunakan kata-kata permenit sekitar 300-355 kata. Ini berarti terdapat kelebihan waktu bagi penyimak. Dengan adanya perbedaan waktu itu, penyimak yang kritis akan memanfaatkan kelebihan waktu itu untuk menganalisis fakta-fakta atau gagasan yang dimaksudkan itu. Dapat disimpulkan bahwa dalam menyimak ada waktu atau kesempatan untuk melakukan analisis.
c.    Mengevaluasi Fakta
Penyimak yang kritis akan mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan dengan hasil analisisnya, seperti:
1)      Cukup bernilaikah fakta-fakta yang diterimanya?
2)      Akuratkah fakta-fakta tersebut?
3)      Relevankah fakta-fakta itu dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak?
Jika fakta yang diterima penyimak cukup dinilai akurat dan relevan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak berarti fakta itu dapat diterima. Namun, apabila fakta yang diterima kurang bermutu, tidak akurat, apalagi kalau kurang relevan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak, penyimak akan menolak fakta tersebut. Jawaban pertanyaan di atas sebagai hasil pengevaluasian fakta-fakta akan dipengaruhi kredibilitas pembicara dengan materi pembicaranya. Akhirnya, penyimak akan memutuskan untuk menerima atau menolak materi simakannya itu. Selanjutnya penyimak diharapkan dapat memperoleh inspirasi yang dibutuhkannya.
d.   Mendapatkan Inspirasi
Inspirasi sering dipakai sebagai alasan oleh seseorang untuk menyimak suatu pembicaraan. Seseorang menyimak pembicaraan bukan untuk memperoleh fakta saja melainkan untuk memperoleh inspirasi. Seseorang mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata untuk tujuan mendapatkan inspirasi atau ilham.
Pembicaraan yang bersifat inspiratif sebenarnya cukup banyak. Apalagi kalau pembicara pandai mendorong, menyentuh emosi pendengar untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan penyimak untuk mendapatkan inspirasi. Setelah pembicara berakhir, penyimak diharapkan menunjukan reaksi berupa tergugahnya perasaan mereka terhadap hal yang disampaikan pembicara. Penyimak yang bertujuan mendapatkan inspirasi biasanya untuk menuliskan fakta baru. Mereka hanya perlu dorongan, gairah, dan semangat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
Kalau seseorang memerlukan inspirasi tentang bidang pendidikan, ia harus banyak menyimak hal-hal yang berhubungan dengan bidang pendidikan. Orang-orang profesional sering menghadiri berbagai pertemuan ilmiah baik diskusi, seminar, kongres, atau semacamnya dengan tujuan menggugah pikiran dan semangat mereka. Mereka mengharapkan dengan menyimak berbagai hal yang berhubungan dengan profesinya, ia mampu mendapatkan inspirasi di samping memelihara pengetahuannya.
e.    Mendapatkan Hiburan
Pada dasarnya manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan. Hiburan dapat diperoleh melalui berbagai macam kegiatan termasuk kegiatan menyimak, yang disimak tentu saja hal-hal yang menyegarkan pikiran, menyenangkan hati, dan menghibur diri. Bagaimanapun juga hiburan merupakan kebutuhan manusia yang cukup mendasar. Dalam kehidupan yang serba kompleks ini, manusia perlu melepaskan diri dari berbagai tekanan, ketegangan, dan kejenuhan. Seseorang sering menyimak radio, TV, dan film untuk memperoleh hiburan dan mendapatkan kesenangan batin.
Pembicara harus mampu menciptakan suasana gembira dan senang karena tujuan menyimak di sini untuk menghibur. Tujuan ini akan lebih mudah tercapai apabila pembicara mampu menciptakan humor yang segar dan orisinil yang mengakibatkan penyimak menunjukkan respon yang mencerminkan kegembiraan dan bersifat reaktif.
 f.     Memperbaiki Kemampuan Berbicara
Tujuan menyimak yang terakhir justru memperbaiki kemampuan berbicara. Dengan menyimak pembicaraan yang terpilih seseorang dapat memperbaiki kemampuan berbicara. Penyimak harus mampu menyusun rencana sebelum menyimak karena menyimak merupakan kegiatan yang disengaja. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar kemampuan berbicara seseorang meningkat, yaitu:
1)   Cara mengorganisasian bahan pembicaraan.
2)   Cara penyampaian bahan.
3)   Cara memikat perhatian penyimak.
4)   Cara mengarahkan.
5)   Cara menggunakan alat-alat bantu, seperti: mikrofon, alat peraga, dan sebagainya.
6)   Cara memulai dan mengkhiri pembicaraan.
Dengan memperhatikan keenam aspek di atas pada waktu melaksanakan berbicara, diharapkan penyimak mampu memperbaiki keterampilan berbicaranya. Selain keenam tujuan di atas, Logan (dalam Tarigan, 2008:56) menerangkan bahwa tujuan menyimak beraneka ragam antara lain:
a.    Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar ia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
b.   Menyimak untuk memperoleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama dalam bidang seni).
c.    Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).
d.   Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan).
e.    Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f.    Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
g.   Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara ia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
h.   Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh penyimak; dengan kata lain, ia menyimak secara persuasif.

4.    Proses menyimak
Kegiatan menyimak sudah mencakup mendengar, dan mendengarkan. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimaknya. Untuk dapat memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses. Proses tersebut terdiri dari 5 tahapan meliputi: (1) tahap mendengar, (2) Tahap memahami, (3) Tahap menginterpretasikan, (4) Tahap mengevaluasi, dan (5) Tahap menanggapi. Berikut penjelasannya.
a.    Tahap mendengar (hearing)
Tahap mendengar yaitu tahap di mana seseorang baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara atas apa yang pembicara bicarakan. Ini merupakan tahap paling awal dari proses menyimak. Pada tahapan ini disebut hearing. Telinga menerima gelombang suara dan menyampaikannya ke otak. Contohnya, anda duduk di kelas dan mendengar dosen berkata, “Waktu ujian adalah minggu depan, Selasa jam 5 sore”.
b.   Tahap memahami (understanding)
Tahap memahami yaitu tahap bagi seseorang untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara. Pada tahap ini seseorang memasuki tahap understanding.
c.    Tahap menginterpretasi (interpreting)
Tahap menginterpretasi yaitu tahap ketika seseorang ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu. Dalam hal ini berarti seseorang sudah memasuki tahap interpreting. Pada tahap interpretasi, pendengar berusaha memahami maksud pesan yang diterima. Proses ini termasuk memahami apa yang baru saja dikatakan oleh pembicara dan menghubungkannya dengan apa yang telah anda ketahui. Misalnya, Anda menghubungkan perkataan tadi dengan pengetahuanmu mengenai ujian, apa yang harus Anda siapkan, dan apa yang harus Anda lakukan pada hari selasa jam 5 sore.
d.   Tahap mengevaluasi (evaluating)
Tahap mengevaluasi yaitu tahap di mana seseorang mulai menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai kelemahan serta kebaikan dan keunggulan pembicara. Pada tahap ini disebut evaluating. Pada tahap evaluasi, anda memutuskan bagaimana perasaan anda terhadap pesan tadi. Misalnya, anda setuju dengan apa yang dikatakan dosen tadi, atau tidak. Pada proses ini, evaluasi dilakukan mengenai kesesuaian pesan dengan kebutuhan dan harga diri. Jika pesan itu bertentangan dengan harga diri Anda atau tidak memenuhi kebutuhan Anda, Anda dapat menolaknya, atau berhenti mendengarkan. Pada contoh di atas, jika Anda ingin mengikuti ujian tetapi ada pekerjaan lain pada hari Selasa jam 5 sore, Anda akan tidak setuju dengan apa yang dikatakan dosen. Segala yang terjadi pada tahap ini akan mengganggu proses mendengar.
e.    Tahap menanggapi (responding)
Tahap menanggapi yaitu tahap yang terakhir dalam proses menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Pada tahap ini berarti kita sudah melalui tahap terakhir yang disebut tahap menanggapi (responding). Pada tahap akhir menyimak, terjadi reaksi terhadap pesan dalam bentuk umpan balik secara langsung. Di ruang kelas, umpan balik secara langsung dapat terjadi dalam bentuk pertanyaan dan komentar. Pada kasus di atas, reaksi anda bisa saja bertanya pada dosen apakah jadwal ujiannya bisa diubah atau tidak.

B.  Peranan Menyimak
Belajar bahasa diawali dengan kegiatan menyimak. Dengan proses menyimak seorang dapat menguasai pengucapan fonem, kosakata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kosakata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam berbagai kegiatan, seperti berbicara, membaca dan menulis. Artinya, menyimak memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan. Kalau ada orang bertanya: “Apa fungsi menyimak bagi Anda?” secara praktis dapat dijawab dengan kalimat-kalimat, antara lain:
1.      Saya menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya.
2.      Saya menyimak agar saya menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan masyarakat.
3.      Saya menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan-keputusan yang masuk akal.
4.      Saya menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya simak (Hunt dalam Rosdia, 2015:253).

C.  Efektivitas Menyimak
Aktivitas menyimak sangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga perlu dicapai keefektifan dalam menyimak. Keefektifan dalam menyimak dapat dicapai dengan meningkatakan kemampuan menyimak. Kemampuan menyimak dapat ditingkatkan dengan cara (1) simak ulang ucap, (2) identifikasi kata kunci, (3) parafrasa, (4) merangkum, (5) menjawab pertanyaan (Saddhono, 2012:26). Selain itu, juga terdapat cara meningkatkan kemampuan menyimak yang lainnya, seperti: simak kerjakan, simak tulis, simak terka, simak memperluas kalimat, simak menemukan benda, bisik berantai, simak menyelesaikan cerita, identifikasi kalimat topik, satu mulut satu kelas, satu rekaman satu kelas, group cloze, simak libat cakap, bebas libat cakap, pemberian petunjuk, menyimak eksploratorif, menyimak kritis, menyimak membuat catatan, simak baca, simak salin, simak setuju, menyimak selektif, simak interogatif, menelaah materi simakan, simak lengkapi, dan bermain drama. Berikut penjabaran langkah-langkah dari beberapa strategi menyimak beserta bahan simakannya.
1.         Langkah-langkah Simak Ulang Ucap
a.    Siswa menyimak kalimat yang disebutkan guru.
b.   Siswa mengulang kembali kalimat yang diucapkan guru di depan kelas, baik yang menunjuk dengan sendirinya maupun yang ditunjuk oleh guru (minimal 3 siswa dan maksimal 5 siswa).
c.    Guru menanggapi hasil pengulangan kalimat yang diucapkan siswa dan memberikan penghargaan berupa tepuk tangan kepada siswa yang tampil ke depan kelas untuk mengulang kalimat yang disimak.
d.   Siswa menyimak kembali kalimat yang disebutkan oleh guru (kalimat yang berbeda dari kalimat yang pertama disebutkan tadi).
e.    Siswa mengulang kembali kalimat yang diucapkan oleh guru di depan kelas seperti kegiatan pertama tetapi siswa yang sudah tampil ke depan tidak boleh tampil lagi dan seterusnya.
Contoh bahan simakan: Pencuri mencari cara-cara agar hasil curiannya tidak di cari-cari oleh pencari hasil curian yang suka makan rica-rica.
2.         Langkah-langkah Simak Kerjakan
a.    Siswa berdiri di depan bangku masing-masing.
b.   Siswa menyimak dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru (saat guru memberikan perintah, guru ikut melakukan perintah tetapi tidak melakukannya dengan benar yang bertujuan untuk lebih melatih simakan dan fokus siswa, misalnya guru berkata pegang hidung dan guru tidak memegang hidung tetapi memegang selain hidung seperti telinga dan lainnya).
c.    Guru menanggapi hasil pekerjaan yang dilakukan siswa.
d.   Guru dan siswa bertanya jawab terhadap hal yang diperintahkan misalnya siswa memegang telinga, guru bertanya kepada siswa fungsi telinga, banyak telinga, dan lainnya.
e.    Untuk kegiatan selanjutnya siswa diminta untuk mempersiapkan buku dan pensil.
f.    Siswa menyimak kegiatan yang akan dilakukan.
g.   Siswa menyimak dan menggambar apa yang diperintahkan oleh guru di buku masing-masing.
h.   Siswa memperlihatkan hasil gambar yang disimaknya.
i.     Siswa memberi alasan mengapa menggambar benda tersebut.
j.     Guru menanggapi hasil kerja siswa dan menggambarnya di papan tulis.
k.   Siswa dan guru menyimpulkan gambar yang benar dari permainan tadi.
Contoh bahan simakan:
Guru                    : “Pegang hidung”
Siswa                   : (Siswa memegang hidungnya)
Guru                    : “Pegang dagu”
Siswa                   : (Siswa memegang dagunya)
3.         Langkah-langkah Simak Tulis
a.    Siswa menyimak kalimat yang diucapkan oleh guru.
b.   Siswa menuliskan hasil simakan tersebut di kertas yang telah disiapkan.
c.    Beberapa siswa membacakan hasil simakannya ke depan kelas dan siswa lainnya memberikan tanggapannya.
d.   Guru menanggapi jawaban dari masing-masing siswa.
e.    Siswa kembali menyimak kalimat yang tadi telah disimak sebelumnya untuk memastikan jawaban yang benar dan berurutan (dibacakan secara perlahan).
f.    Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan urutan yang benar dari simakan tersebut.
Contoh bahan simakan:
Guru    : menyatakan dengan ujaran “Paman menggali sumur”.
Siswa  : menulis kalimat “Paman menggali sumur”.
4.         Langkah-langkah Simak Terka
a.    Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa.
b.   Siswa duduk dalam kelompok masing-masing dan duduk secara lurus dari depan ke belakang.
c.    Siswa mendengar ketentuan ketentuan dalam kegiatan (yang melakukan permainan adalah masing-masing anggota kelompok yang duduk di bagian depan. Kelompok siswa yang memberitahu jawaban kepada teman yang sedang ikut permainan akan didiskualifikasi).
d.   Siswa menyimak arahan guru tentang benda yang ditujukan (dalam memberikan deskripsi benda, guru memberikan deskripsi yang tidak lengkap yang masih mengarah kebanyak benda dan dilanjutkan ketika ada siswa yang bertanya atau ada kelompok siswa yang salah menjawab).
e.    Siswa bertanya jawab dengan guru untuk membuka petunjuk selanjutnya yang berkaitan dengan benda yang ditujukan.
f.    Siswa mendengarkan petunjuk berikutnya yang berhubungan benda yang ditujukan.
g.   Siswa yang pertama menunjuk tangan, menyebutkan isi jawabannya di depan kelas dan jika jawaban siswa benar, mendapatkan 10 poin untuk kelompoknya dan jika jawabannya salah maka siswa yang menunjuk kedua yang menjawab dan seterusnya.
h.   Guru meminta alasan siswa mengapa menjawab benda tersebut.
i.     Guru dan siswa bertanya jawab terhdap benda yang diterka misalnya fungsinya dan lainnya.
j.     Siswa yang duduk di baris depan pindah ke baris paling belakang dan digantikan oleh siswa yang duduk di bangku kedua dan seterusnya.
k.   Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan poin terbanyak.
Contoh bahan simakan:
Aku sejenis hewan
Aku hidup di air
Aku termasuk hewan yang bertelur
Gerakanku sangat lambat
Aku berekor pendek
Aku punya empat kaki
Aku memiliki tempurung yang keras
Siapakah aku?

D.  Jenis-jenis Menyimak
Tarigan (2008:37) menggolongkan jenis menyimak menjadi dua ragam menyimak, yaitu (1) menyimak ekstensif, dan (2) menyimak intensif.
1.      Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan yang telah lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak ektensif dapat digunakan menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan dengan cara yang baru. Secara psycologis, menyimak ektensif terhadap bahasa “nyata“ sebtagai lawan dari bahasa “tulis”,akan sangat memuaskan selama kegiatan tersebut dapat menperagakan upaya para siswa dikelas dan dapat memberi keuntungan dalam kehidupan lingkungan bahsaa yang hidup.
Menyimak ektensif juga dapat memberi kesempatan dan kebebasan bagi siswa mendengar dan menyimak butir butir kosakata dan strukrut struktur yang asing atau baru bagi mereka. Dalam hali ini terdapat suat keakraban yang tidak disadari terhadap bentuk bentuk dalam waktu singkat akan menjadi bahan pelajaran seperti contoh bercerita. Bercerita merupakan salah satu bahan menyimak  yang menarik terutama bagi usia muda, dan kerap kali mencakup suatu wadah yang baik bagi kata kata baru dan beberapa struktur yang belum diajarkan sebelumnya. Guru sendiri merupakan sumber modal dalam bercerita karena sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak ektensif aadlah rekaman rekaman yang dibuat oleh gurusediri yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang dihendak dicapai. Ada empat jenis menyimak ekstensif yaitu:
a.      Menyimak Sosial
Menyimak sosial (social lstening) atau pun menyimak sopan (couteous listening) berlangsung dlam situasi situasi sosial tempat orang mengobrol atau bercengkarama mengenal hal hal yang menrik perhatian orang hadir. Mereka mendengarkan satu dan lainya  untuk membuat responsi/tanggapan, mengikuti hala yang menarik, memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan dan dikatakan rekan (Dawson dalam Tarigan, 2008:40).
Berdasarkan hal tersebut, menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal yaitu: (1) Menyimak secara sopan santun dan penuh perhatian terhadapan percakapan atau obrolan dalam situasi  sosial. (2) Menyimak serta memahami perananan peranan pembicara dan penyimak dalam proses komunikasi tersebut (Anderson dalam Tarigan, 2008:41).
b.      Menyimak Sekunder
 Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ektensif. Ada beberapa contoh menyimak sekunder:
1)      Menyimak pada musik yang mengiringi ritme ritme  atau tari tarian rakyat di sekolah dan pada acara radio yang terdengar sayup sayup sementara kita menulis surat kepada seorang teman di rumah.
2)      Sambil menikamti musik, kita ikut barpartisipasi  dalam kegiatan  tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya  tanah liat, membuat sketsa, dan latihan  menulis indah (Dawson dalam Tarigan, 2008:41).
c.       Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening)  ataupun  yang disebut menyimak appresiatif (appreceational) adalah fase terakhir  dan merupakan gabungan dari menyimak kebetulan dan menyimak secara ektensif, ini meliputi: (1) Menyimak musik, pusi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman. (2) Menikamti cerita, puisi, teka teki, gemercing, irama, dan lakon lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor (Dawson dalam Traigan, 2008:41).

d.      Menyimak Pasif
Menyimak pasif merupakan cara menyimak dengan penyerapan suatu ajaran  tanpa upaya sadar yang biasanya menandai  uapaya upaya  pada belajar dengan kurang teliti, tergesa gesa, menghafal luar kepala, berlatih bersantai serta menguasai suatu bahasa. Otak dapat diberi kesempatan untuk bekerja seefisien mungkin. Untuk melakukan hal ini menggunakan teknik teknik tertentu, antara  lain: (1) Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak banyak. Ada sebagain orang pribumu yang tidak bersekolah tapi lancar menggunakan beberapa bahasa asing. (2) Tenang dan santai. Kegelisahan kegelisahan, sekalipun dalam belajar bahasa seakan akan memutuskan upaya upaya otak kita untuk melakukan tugasnya. (3) Jangan memasang rintangan bagi bunyi. Orang orang yang bermukim di rel kereta api  yang selalu bising cenderung melindungi diri mereka dengan tabir bunyi.
2.      Menyimak Intensif
Menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu di bawah bimbingan langsung para guru, menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini haruslah diadakan suatu pembagian penting, sebagai:
a.    menyimak intensif diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, atau
b.    terutama sekali dapat diarahkan pada pemahaman serta pengertian secara umum. Jelas dalam butir kedua ini makna bahasa secara umum sudah diketahui oleh para siswa.
Menyimak pada beberapa percakapan sangat bermanfaat baginya untuk membiasakan pendengarannya, terhadap sesuatu yang hendak didengarnya kalau mereka mengunjungi daerah asal bahasa asing tertentu. Salah satu cara yang amat sederhana untuk melatih tipe menyimak seprti ini ialah menyuruh para siswa menyimak tanpa teks tertulis, dengan cara sekali atau dua kali, kemudian memberikan kepada mereka suatu bagian yang mengandung beberapa penghubung kalimat dan memberikan kepada mereka teks teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Tugas mereka adalah mengisinya tanpa menyimak pada pita rekaman lagi. Menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, tetapi harus pula disadari benar bahwa isi yang sederhananya dri pesan tersebut haruslah berada dalam jangkauan intelektual dan kedewasaan para siswa.
Ada enam jenis menyimak intensif (Heryadi, 2008:22) yaitu:
a.    Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seseorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat, yang dapat diterima oleh akal sehat.
Pada umumnya menyimak kritis leih cenderung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, dan ketidak telitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis yaitu :
1)        Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata, dan unsur-unsur kalimatnya.
2)        Menentukan alasan “mengapa”.
3)        Memahami aneka makna petunjuk konteks
4)        Membedakan fakta dari fantasi, yang relevan dari yang tidak relevan.
5)        Mebuat keputusan-keputusan
6)        Menarik kesimpulan-kesimpulan.
7)        Menentukan jawaban bagi masalah tertentu.
8)        Menentukan informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.
9)        Menafsirkan, menginterprestasikan ungkapan dan bahasa yang belum lazim dipakai.
10)    Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, atau adanya prasangka serta kekeliruan (anderson, 1972:70).
Situasi khusus yang menuntut untuk menyimak kritis, antara lain: (1) Pidato-pidato politis. (2) Pidato-pidato filosofis. (3) Kata-kata mengikat dari tukang obral (Hunt dalam Tarigan, 2008:48).

b.        Menyimak Konsentratif
Meyimak konsentratif (concentrative listening) disebut juga study-tipe-listening atau menyimak sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif yaitu:
1)        Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
2)        Mencari dan merasakan hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab akibat.
3)        Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
4)        Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
5)        Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya.
6)        Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
7)        Mencari da mencatat fakta-fakta penting (Anderson, 1972:70; Dawson, 1963: 153, dalam Tarigan, 2008:49).
c.         Menyimak kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan, rekonstruksi, imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta peranan-peranan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya. (Dawson, dalam Tarigan, 2008:50). Kegiatan-kegiatan dalam menyimak kreatif adalah:
1)   Menghubungkan atau mengasosiasikan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak.
2)   Membangun atau merekonstuksikan imaji-imaji visual dengan baik, sementara menyimak.
3)   Menyesuaikan atau mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif untuk menciptakan karya baru dalam tulisan, lukisan, pementasan.
4)   Mencapai penelesaian atau pecahan masalah-masalah serta sekaligus memeriksa dan megji hasil-hasil pemecahan atau penyelesaia tersebut (Anderson, dalam Tarigan, (2008:50).
d.   Menyimak Eksplorasif
Menyimak eksplorasi, menyimak yang bersifat menyelidik adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
e.    Menyimak interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyiamak akan mengajukan banyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara (Dawson dalam Tarigan, 2008:50).
f.     Menyimak selekstif
Satu-satunya cara yang mungkin membuat kita terbisa dengan bentuk akustik bahasa ialah mendengarnya atau menyimak secara selektif. 

DAFTAR PUSTAKA


Anderson, 1972. Efficient Reading: A Partical Guide. Sidney: MCGrow Hill Book CO.
Darmawan, Deni, dkk. 2006. Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bahan Belajar Mandiri. Bandung: UPI Press.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mc.Call, Roy C. 1981. Consummate Teacher of Speech Whose Philosophy and Model Guide Me Daily. Amerika: Unite State of America.
Rosdia. 2015. Jurnal Kreatif Tadulako: Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Mendongeng Siswa Kelas VI SDN Sese (online). Vol. 4 No. 8 ISSN: 2354-614X http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jkto/article/viewfile/3418/2455. Diakses pada tanggal 2 September 2015.
Saddhono, Kundharu dan Slamet, St. Y. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. (Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
 

0 comments:

Post a Comment